
“FKTP bisa mengetahui potensi penyakit pasien sejak awal, membantu penanganan lebih cepat, dan memperkuat peran sebagai gatekeeper layanan kesehatan,” tambahnya.
Nungky menjelaskan bahwa saat peserta datang ke FKTP, mereka akan ditanya apakah sudah mengisi skrining riwayat kesehatan. Jika belum, peserta akan diberi edukasi terlebih dahulu sebelum mendapatkan layanan.
“Skrining bisa diisi lewat Aplikasi Mobile JKN, website BPJS Kesehatan, atau Aplikasi P-Care FKTP. Bila hasilnya menunjukkan risiko penyakit kronis, peserta akan diarahkan untuk pemeriksaan lanjutan,” ujarnya.
Sementara itu, Ade salah satu peserta JKN yang pernah dirawat di ruang ICU karena komplikasi hipertensi dan jantung membagikan pengalamannya.
Ia sangat mendukung upaya menjaga pola hidup sehat dan pentingnya deteksi dini melalui skrining.
“Jaminan kesehatan itu penting, tapi menjaga pola hidup sehat tetap yang utama. Jangan nunggu sakit dulu baru bertindak,” ujar Ade.
Ade mengingatkan bahwa hasil skrining bisa menunjukkan risiko penyakit mulai dari rendah, sedang, hingga tinggi.
Jika diketahui sejak awal, peserta bisa mengambil tindakan medis lebih cepat agar tidak berujung pada kondisi serius.
“Saya sudah pernah dirawat di ICU, dan itu bukan pengalaman yang ingin saya ulangi. Jadi, kita harus peduli dengan kesehatan mulai dari diri sendiri dan keluarga,” tutupnya.