
Gubernur Khofifah juga menjelaskan bahwa Kendang jimbe banyak digunakan untuk kesenian, alat musik, media pembelajaran. Sementara rebana banyak digunakan sebagai alat alat hadrah dan pengajian.
Untuk itu, Gubernur Khofifah menjelaskan, pascapandemi Covid-19, Pemprov Jatim terus mendorong dengan mengadakan berbagai festival musik, karawitan drum band hingga perkusi.
Kendang jimbe ini juga bisa digunakan sebagai alat edukasi dari semua jenjang sekolah dari SD-SMA yang diajarkan.
"Ketika ada festival perkusi, produk kendang jimbe seperti ini bisa digunakan dan dibeli dalam jumlah banyak," katanya.
Ia berharap kunjungan ini dapat memotivasi pelaku UMKM lainnya untuk meningkatkan kualitas produk dan memperluas pasar ekspor. Terlebih pemasaran produknya bisa dilakukan secara virtual, melalui platform digital atau online.
"Hari ini pemasaran digital menjadi hal sangat penting. Kehadiran kami bersama Pak Wapres menjadi bukti dukungan dari pemerintah agar para UMKM dan pelaku usaha terus bekerja keras dan kerja keras agar produk lokal seperti kendang jimbe dapat menembus di pasar internasional," pungkasnya.
Sementara itu, Yefri Firmansah, pemilik UMKM Budi Luhur Drum, menjelaskan bahwa kendang jimbe mampu terjual sekitar 50 hingga 100 unit per bulan. Bahkan, saat ada event daerah, permintaan bisa mencapai 300 hingga 500 unit.
"Harga kendang jimbe bervariasi, mulai dari Rp 25.000 untuk ukuran kecil hingga Rp 1 juta untuk ukuran 60 cm yang biasa digunakan oleh musisi profesional," tambah Yefri.
Omzet rata-rata per bulan mencapai Rp 5 hingga 20 juta untuk semua jenis kerajinan, termasuk rebana dan alat musik lainnya.
"Kami melibatkan sekitar 30 orang masyarakat sekitar dalam proses produksi," tegasnya.(dev/van)