Pekan ASI Internasional, Ajak Calon Ibu Sadar Menyusui

Pekan ASI Internasional, Ajak Calon Ibu Sadar Menyusui TANTANGAN. dr Diana Amilia Susilo menjelaskan mengenai tantangan-tantangan menyusui. foto : nisa/BANGSAONLINE

SURABAYA, BANGSAONLINE.com -Tanggal 1-7 Agustus diperingati sebagai pekan Air Susu Ibu (ASI) Internasional. Pemerintah Indonesia sendiri pada tahun 2014 pernah menargetkan 80% bayi harus mendapat ASI sayangnya hingga tahun 2015 ini baru tercapai sekitar 27% bayi yang mendapat ASI dari ibunya.

Ketidakberhasilan dalam memberikan ASI eksklusif kepada bayi, menurut konselor ASI Rumah Sakit IBu dan Anak (RSIA) Kendangsari dr Dini Adityarini SpA kebanyakan karena sang ibu yang sibuk bekerja. Padahal seorang ibu yang bekerja sekalipun wajib memberikan ASI sebab memang hak seorang anak. Apalagi ada beberapa cara pemberian ASI yang bisa diterapkan di rumah.

"Tema kita dalam pekan ASI ini adalah ASI pada ibu bekerja, melalui tema ini kami ingin menyampaikan apapun kondisi perempuan sebaiknya tetap menyusui, baik bekerja atau tidak," kata dr Dini, disela seminar bertajuk Kiat Sukses Menyusui yang berlangsung di Ruang Serba Guna RSIA Kendangsari Surabaya, kemarin (1/8).

Perempuan berjilbab ini menjelaskan, untuk memberikan ASI eksklusif, seorang ibu yang bekerja bisa memerah ASInya dan diletakkan dalam kulkas. ASI hasil perahan ini bisa bertahan 4 jam di ruang terbuka dan tahan sekitar 3-4 hari di dalam kulkas.

Namun jika diletakkan dalam freezer dengan suhu minus 17 derajat bisa tahan lama sekitar 3-4 bulan. “Jadi sebenarnya tidak ada alasan untuk tidak menyusui jika memang sibuk bekerja,” tandasnya.

Keberhasilan memberi ASI juga didukung oleh sang ibu dalam menyusui. Pasalnya meski menyusui terlihat sederhana tetapi jika salah teknik akan membuat bayi justru tidak mendapatkan makanannya tersebut alias susu tidak mengalir.

Konselor laktasi yang setiap hari praktik di RSIA Kendangsari ini kembali menjelaskan cara menyusui bayi yang benar adalah mulut bayi harus mengulum seluruh aerola ibunya.

Tujuannya supaya mulut bayi bisa memompa susu dengan sempurna sebab jika mulut bayi hanya mengulum bagian puting kemungkinan susu tidak bisa terpompa dengan sempurna hasilnya justru hanya capek mengulum.

"Para ibu biasanya kalau bayi terlalu menempel pada payudara ibunya takut hidungnya tertutup, padahal tidak demikian bayi akan tetap bisa menyusu dengan baik asal pelekatannya benar," ungkapnya.

Dijelaskannya juga, bahwa ASI diperlukan untuk bayi karena dengan memberi ASI juga turut mendukung peningkatan kecerdasan anak. Dalam ASI terkandung banyak zat yang sudah dipersiapkan untuk bayi, terutama kolostrum yang biasanya pertama kali muncul saat pertama menyusui. Kolostrum membantu bayi meningkatkan sistem kekebalan tubuhnya secara alami.

Sayangnya, beberapa rumah sakit atau ibu bayi kadang justru memberikan susu formula karena alasan ASI tidak keluar. Beberapa negara maju seperti Australia salah satunya tidak menerapkan susu formula dijual di pasar bebas.

Susu formula di sana, kata dr Dini justru harus dibeli dengan resep dokter, itu artinya susu formula bukan menjadi kebutuhan utama untuk bayi, kecuali memang ibu sang bayi benar-benar tidak bisa menyusui karena sebab tertentu. Apalagi manfaat menyusui tidak hanya menjadi menunjang gizi seimbang tetapi membentuk ikatan yang kuat antara ibu dan bayi.

“Katakan ASI YESS untuk buah hati kita. Tidak ada alasan untuk tidak memberikan ASI. Menyusui adalah proses, jika tidak keluar di awal-awal melahirkan, itu adalah proses. Yang namanya perempan hamil, ya pasti melahirkan, kemudian menyusui. Yang penting si ibu nyaman, kenyang, tenang, pasti ASI lancar,” tambah dr Diana Amilia Susilo, nara sumber lainnya.

Ia menandaskan, ASI adalah hak bayi, sehingga harus diberikan. “Jika memang ada tantangan saat menyusui, harus dicari solusinya. Misalnya putting bermasalah, cari pemecahannya, jangan malah diberikan susu formula,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Terbukti! Cara ini Basmi Kecoa di Mobil Anda':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO