Oleh: Dr KH Ahmad Musta’in Syafi’i, M.Ag
Rubrik Tafsir Al-Quran Aktual ini diasuh oleh pakar tafsir Dr. KH. A. Musta'in Syafi'i, Mudir Madrasatul Qur'an Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur. Kiai Musta'in selain dikenal sebagai mufassir juga ulama hafidz (hafal Al-Quran 30 juz). Tafsir ini ditulis secara khusus untuk pembaca HARIAN BANGSA, surat kabar yang berkantor pusat di Jl Cipta Menanggal I nomor 35 Surabaya. Tafsir ini terbit tiap hari, kecuali Ahad. Nah, kali ini tafsir Surat Thaha: 123. Selamat mengikuti.
BACA JUGA:
- Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Abu Bakar R.A., Khalifah yang Rela Habiskan Hartanya untuk Sedekah
- Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Momen Nabi Musa Berkata Lembut dan Keras kepada Fir'aun
- Tafsir Al-Anbiya 48-50: Fir'aun Ngaku Tuhan, Tapi Tak Mampu Melawan Ajalnya Sendiri
- Lebih Dulu Mana Nabi Adam atau Manusia Purba? Ini Kata Arkeolog UI
REDAKSI BANGSAONLINE
THAHA :123
TAFSIR
Pada ayat sebelumnya dikatakan bahwa Adam itu durhaka (‘asha) dan melanggar (ghawa). Lalu pada ayat ini dijelaskan perihal hukuman yang diterapkan kepadanya, yakni dideportasi dari surga, turun ke bumi.
Dari kajian linguistik, ada keindahan pada terma yang digunakan Tuhan, sekaligus rahasia makna yang cukup dalam. Pernyataan Tuhan saat memvonis Adam menggunakan kalimah “fi’il”, yakni “asha” dan “ghawa”, tidak menggunakan bentuk isim, isim “fa’il”, yakni : “Ashi”dan “Ghawi”. Bedanya apa..?