Tingkat Konsumsi Surabaya Menurun

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Berdasarkan Survei Penjualan Eceran (SPE), konsumsi rumah tangga menunjukkan penurunan. Penurunan didorong lemahnya permintaan terutama pada kelompok barang perlengkapan rumah tangga serta makanan, minuman dan tembakau.

“Di tengah perlambatan kegiatan ekonomi Surabaya akibat masih lemahnya permintaan terhadap barang dan jasa, penjualan kelompok suku cadang serta barang budaya dan rekreasi di Maret 2015 masih menunjukkan kenaikan dibandingkan bulan sebelumnya. Namun, persepsi masyarakat sudah mulai menunjukkan sikap pesimis terhadap aktivitas konsumsi pada April 2015. Ini terlihat dari rendahnya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Surabaya pada bulan berjalan,” ujar Deputi Kepala Perwakilan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Syarifuddin Bassara, kemarin (28/4).

Pelemahan permintaan terindikasi disebabkan kebijakan penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Di sisi lain, kenaikan harga BBM masih belum berpengaruh signifikan terhadap konsumsi BBM di masyarakat melihat penjualan BBM masih dalam batas normal dan diyakini meningkat pada April 2015 mengingat adanya perayaan Paskah (long weekend) pada bulan tersebut.

SPE juga mencatatkan peningkatan optimisme terhadap kenaikan harga pada periode 3 bulan mendatang. “Permintaan diprediksi akan meningkat cukup signifikan menjelang bulan Ramadhan dan hari raya Lebaran,” ujar Syarifuddin.

Di sisi lain, tekanan terhadap kenaikan harga pada 6 bulan yang akan datang diperkirakan menurun yang merupakan pola siklus ekonomi paska Lebaran, dimana tingkat harga biasanya mengalami penurunan. Untuk ekspektasi total penjualan pada periode 3 bulan dan 6 bulan yang akan datang, diprediksi tetap akan meningkat, walaupun pada level yang lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya.

Peningkatan ekspektasi terhadap kenaikan harga juga ditunjukkan pada Survei Konsumen (SK) baik pada periode 3 bulan maupun 6 bulan yang akan datang. Dari sisi konsumen, peningkatan ekspektasi harga bersumber dari efek penyesuaian harga BBM, Tarif Tenaga Listrik (TTL), elpiji dan tarif kereta api. Faktor pendukung tekanan pada perubahan harga tersebut adalah penguatan mata uang dolar AS terhadap mata uang dunia dan penurunan subsidi dari pemerintah. (nis)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'SNG Cargo: Warna Baru Industri Logistik di Indonesia':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO