100 Tahun Pak Harto, Apa Kini Sudah Pindah ke Surga setelah 22 Tahun di Neraka Reformasi

100 Tahun Pak Harto, Apa Kini Sudah Pindah ke Surga setelah 22 Tahun di Neraka Reformasi Dahlan Iskan

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Pada 8 Juni kemarin, Himpunan Masyarakat Soehatonesia (HMS) memperingati 100 tahun kelahiran . Presiden ke-2 RI. Pak Harto berkuasa selama 32 tahun. Ia dikenal sebagai penguasa hegemonik dan diktator. Karena itu ia dilengserkan secara paksa oleh para mahasiswa. Maka lahirlah .

Selain doa, Pak Harto diperingati dengan pagelaran wayang. Apa hubungannya? Nah, silakan simak tulisan Dahlan Iskan di Disway, HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com hari ini, Rabu 9 Juni 2021. Selamat membaca:  

ANDA sudah tahu: Pak Harto 100 tahun. Selasa kemarin. Tanggal 8 Juni 2021.

Anda juga sudah tahu: ada acara khusus di Masjid At-Tin, di Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Dihadiri sekitar 500 orang –sesuai izin masa pandemi. Acaranya sederhana: baca Qur’an dan doa. Tokoh yang hadir (rencana) hanya Menhan Prabowo yang juga sang menantu, Ketua MPR Bambang Soesatyo, dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Mungkin kurang banyak yang tahu: nanti malam masih ada acara. Yang agak khusus: semalam suntuk. Disiarkan secara live streaming. Dari rumah dalangnya sendiri: Ki Putut Puji Agusseno. Di Desa Purwodadi, Magetan. Tidak jauh dari jalan raya antara Bandara Iswahjudi, Maospati-Ngawi.

Penyelenggara wayangan itu: HMS (Himpunan Masyarakat nesia) –pencinta Presiden . Lakon yang dipilih: Pandu Swargo.

Saya sudah beberapa kali nonton lakon itu. Yang dimainkan dalang yang berbeda: Seno Nugroho, Purbo Asmoro, Joko Edan, Anom Dwijo Kangko, dan Ki Manteb Soedharsono.

Organisasi HMS tergolong baru: dirintis tahun 2016, diresmikan tahun 2018. "Sekarang sudah punya 32 DPD dan 200 lebih DPC," ujar Giyanto Hadi Prayitno, ketua umum HMS.

Tidak sulit bagi saya mencari siapa Giyanto. Ia asli Magetan. Orang tuanya miskin papa. Bercerai pula. Begitu lulus SD, ia ke Jakarta. Ikut tetangga. Kerja apa saja. Mulai kuli bangunan sampai tukang kebun. Akhirnya bisa dekat dengan Presiden .

Giyanto sendiri yang memilih lakon Pandu Swargo itu. Pandu adalah raja Astina Raya –sebelum ada negara Amarta. Ia ayahanda Pandawa Lima (Puntadewa, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa).

Pandu mati muda dan masuk neraka. Itu karena tindakan sang raja yang berlebihan: ketika sudah punya anak tiga (dari Dewi Kunthi), ia jatuh cinta lagi. Habis-habisan. Pada cewek cantik bernama Dewi Madrim.

Pandu selalu menuruti keinginan pacar baru itu. Madrim memang menetapkan syarat: mau dikawini Pandu asal bulan madu mereka bisa naik kendaraan rajanya dewa, Batara Guru. Yakni, Lembu Andini, berupa sapi putih. Pandu jadi radikal. Melawan dewa. Merebut kendaraan itu. Berhasil.

Begitu Madrim punya anak kembar, Nakula-Sadewa, Pandu dan Madrim harus membayar keradikalan tersebut: mati. Dan langsung masuk neraka.

Pandawa pun mendengar itu. Jasa Pandu mereka rasakan terlalu besar bagi negara. Anak-anak itu pun ingin memindah sang ayah ke surga. Lewat pengorbanan apa saja. Berhasil.

Apakah kini Pak Harto sudah berhasil pindah ke surga? Setelah 22 tahun di neraka ?

Kelihatannya begitu. Setidaknya, belakangan, sudah mulai banyak beredar stiker yang bunyinya begini: enak zamanku, tho?.

Bisa jadi, stiker itu menginspirasi penguasa kapan saja: memberangus demokrasi itu tidak apa-apa asal rakyat sejahtera. Dan, mengabaikan hak rakyat juga biasa saja untuk kemakmuran mereka. Toh, kelak, akan dipuji juga dengan stiker: enak zamanku, tho?.

Giyanto, sekarang, pengusaha parkir, security, dan jasa kebersihan. Di Jakarta. Sebelum Covid. Lalu, jadi karyawan lagi. Covid telah menenggelamkan usahanya.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO