Tafsir Al-Kahfi 39-41: Mendoakan Bangkrut, Bolehkah?

Tafsir Al-Kahfi 39-41: Mendoakan Bangkrut, Bolehkah? Ilustrasi.

Untuk itu, meskipun hati mendongkol, kesel banget, tapi tetap tidak boleh berdoa buruk dan terang-terangan ditohokkan kepadanya. Contoh: Sombong kau, semoga kamu bangkrut, melarat, dll. Begitu sopannya ajaran Islam.

Cara lain yang agak kasar yaitu memberi peringatan, bahwa Tuhan itu bisa berbuat apa saja. Membuat orang miskin menjadi kaya raya dalam sekejap atau memiskinkan orang kaya dalam sekejap. Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Tidak ada yang bisa menghalangi ketika Tuhan memberi (La mani' lima a'thait) dan tidak ada yang bisa memberi ketika Tuhan menghalangi (wa la mu'thi lima mana't).

Sedangkan yang kedua, yaitu doa atas orang kaya durhaka yang mendanai musuh Islam, maka dipakai dua pendekatan. Keduanya sama-sama bisa dipraktikkan sesuai keadaan.

Pertama, berdoa baik-baik. Doa agar Tuhan memberi kebaikan dan kesadaran, hidayah, dan bimbingan. Dengan hidayah yang mapan di hati, maka memusuhi berubah menjadi mengasihi, lawan menjadi kawan, membenci menjadi mencintai.

Doa ini dipraktikkan oleh Rasulullah SAW ketika awal-awal berdakwah. Kebrutalan wong kafir Tha'if yang mengusir Rasulullah SAW, menyakiti dan melempari batu, tidak dibalas dengan kebencian, melainkan dengan doa hidayah.

"Allahumm ihdi qaumy fainnahum la ya'lamun". Ya Tuhan, beri petunjuk kepada kaumku. Mereka tega menyakiti aku itu karena mereka belum mengerti bahwa aku ini benar-benar utusan-MU. Jika mereka mengerti, maka tentu tidak akan berbuat begitu.

Kedua, berdoa mengutuk. Ketika kabilah Ri'l dan Dzakwan menjahati umat islam, membunuh beberapa sahabat yang ditugasi menjadi guru agama atas permintaan mereka sendiri. Mereka berkhianat dan sangat membahayakan, maka Rasulullah SAW mengutuk. Bahkan pernah sebulan Nabi memimpin qunut nazilah yang arahnya sebagai doa kutukan.

Penduduk Makkah dan sekitarnya pernah tidak berhenti menjahati dan mendukung kekejaman. Mereka bahkan mendanai siapa saja yang memusuhi umat Islam. Lantas Rasulullah SAW berdoa agar langit distop dan tidak turun hujan. Lama sekali seantero Makkah dilanda kekeringan, anak-anak kurus dan hewan ternak banyak yang mati kelaparan.

Akhirnya mereka sadar dan meyakini bahwa krisis tersebut adalah "kutukan Muhammad". Terpaksa mereka bersujud-sujud di hadapan Nabi dan memohon agar didoakan turun hujan.

Nabi keberatan dan berucap setengah jengkel: "Andai tidak karena kasihan terhadap anak-anak kecil dan hewan-hewan ternak yang tak berdosa, aku tidak sudi berdoa untuk kalian...". Tapi, akhirnya beliau berdoa. Spontan hujan mengguyur, tanah subur, air susu deras dan panen melimpah. Berimankah mereka? Tidak juga. Mereka pancet kafir.

Selain nabi Muhammad SAW, nabi yang pernah mengutuk musuh adalah nabi Musa A.S. Yang dikutuk adalah raja Fir'aun, penguasa Mesir yang super durhaka dan sekutunya. Bahkan, kutukan utama justru menyerang pada keuangan, aset, dan kekayaan negara agar segera dilenyapkan. "Rabbana ithmis 'ala amwalihim" (Yunus:88).

Arah ayat ini, bahwa melakukan sesuatu demi robohnya perekonomian, dana, aset musuh islam itu dibolehkan. Entah bagaimana caranya dan dari sektor apa saja, perbankan, industri, pertanian dll. Seperti Fir'an yang memiliki dana berlebih untuk menghabisi Musa A.S. dan para pengikutnya. Kekayaan itulah yang menyebabkan Fir'aun leluasa berbuat. Maka doa diarahkan pada kehancuran aset.

*Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag adalah Mufassir, Pengasuh Rubrik Tafsir Alquran Aktual HARIAN BANGSA, dan Pengasuh Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an (MQ), Tebuireng, Jombang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO