Anggap Semua Agama Benar, Islam Liberal Ditolak Kiai NU

Anggap Semua Agama Benar, Islam Liberal Ditolak Kiai NU Ulil Abshar Abdalla. Foto: vivanews.com

BangsaOnline-Salah satu paham yang meresahkan para kiai adalah Islam Liberal (Islib). Paham ini dikembangkan anak-anak muda NU yang dikomandani . Islib berkembang lewat lembaga bernama Jaringan Islam Liberal (JIL) yang didirikan Ulil.

“Semua agama sama. Semuanya menuju jalan kebenaran. Jadi, Islam bukan yang paling benar,” kata Ulil seperti dikutip Majalah Gatra edisi 21 Desember 2002. Tesis-tesis nyeleneh seperti inilah yang membuat para kiai NU keberatan.

“Dengan tanpa rasa sungkan dan kikuk, saya mengatakan, semua agama adalah tepat berada pada jalan seperti itu, jalan panjang menuju Yang Maha Benar. Semua agama, dengan demikian, adalah benar, dengan variasi, tingkat dan kadar kedalaman yang berbeda-beda dalam menghayati jalan religiusitas itu. Semua agama ada dalam satu keluarga besar yang sama: yaitu keluarga pecinta jalan menuju kebenaran yang tak pernah ada ujungnya,” kata Ulil seperti dikutip Kompas edisi 18 Nopember 2002.

Banyak sekali reaksi kiai. Para kiai NU menolak hampir dalam setiap even, termasuk Muktamar NU. Namun JIL tetap jalan. Apalagi pada awal berdirinya JIL bekerjasama dengan media-media besar. Seminggu sekali tulisan-tulisan tentang Islam Liberal dimuat satu halaman penuh oleh media nasional. Karuan saja gerakan Islib cepat menyebar dan masif. Banyak anak muda NU ganderung terhadap pemikiran-pemikiran keagamaan ala JIL. Bahkan anak-anak Muhammadiyah kemudian juga ikut mendirikan JIMM yaitu Jaringan Intelektual Muda Muhamadiyah.

Seperti halnya JIL yang dipersoalkan di NU, JIMM juga dipersoalkan di kalangan internal Muhammadiyah. Moh. Shofan, dosen FAI, Universitas Muhammadiyah Gresik menggambarkan sikap Muhamadiyah terhadap JIMM. Ia menulis di website milik JIL yaitu Islamlib.com bahwa pada tanggal 24-26 Juli 2006 , di Al-Maoun Foundation, Jakarta, kaum muda Muhammadiyah menggelar "Refleksi 3 Tahun JIMM (Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah)". Refleksi ini dimaksudkan untuk menyegarkan kembali wacana pemikiran Islam yang dirasa mulai lesu, terutama oleh kalangan internal JIMM.

Menurut Shofan, barangkali, ini merupakan peristiwa kultural yang bersejarah, mengingat kelahiran JIMM oleh sebagian kalangan warga Muhammadiyah dituduh sebagai komunitas yang tidak sesuai dengan "suara resmi" Muhammadiyah; dianggap anak haram yang harus dienyahkan. ”Tidak cukup dengan penyebutan anak haram, mereka menilai, secara teologis JIMM sudah keluar dari sumber otoritatif Islam, yakni Alqur’an dan hadis. Masih banyak stigma negatif lain yang disematkan kepada JIMM yang anggotanya terdiri dari kaum muda Muhammadiyah,” tulis Shofan.

Sampai akhirnya reaksi terhadap JIL dan JIMM surut sendiri. Uniknya, setelah reaksi itu melemah ternyata Islib mulai mati suri terutama setelah “kehabisan energi” dalam mengeksplorasi pemikiran-pemikiran Islam kontroversial. Apalagi sebagai dedengkot JIL “loncat pagar” ke dalam dunia politik. Ulil yang semula intensif dalam dunia intelektual dan pemikiran Islam “tergoda” politik sehingga nasib lslib makin terkatung-karung. Islib kini bahkan ibarat pepatah: hidup segan, mati tak mau. Jadi Islib, seperti prediksi saya sejak awal, mati sen

diri, bukan karena diberangus atau ditentang secara konfrontatif para kiai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Mobil Dihadang Petugas, Caketum PBNU Kiai As'ad Ali dan Kiai Asep Jalan Kaki ke Pembukaan Muktamar':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO