
KEDIRI, BANGSAONLINE..com - Puncak Festival Kali Brantas ke-4 yang digelar Universitas Nusantara PGRI (UNP) Kediri pada Sabtu (12/7/2025) malam menyuguhkan pertunjukan drama tari kolosal berjudul Bubukshah dan Gagang Aking.
Kisah dua pertapa era Majapahit tersebut dipentaskan oleh 260 mahasiswa Program Studi PGSD sebagai persembahan untuk memperingati Hari Jadi ke-1146 Kota Kediri yang jatuh pada 27 Juli 2025. Panggung terbuka Kampus 1 UNP menjadi lokasi pementasan yang juga dihadiri delegasi dari Michigan University, Amerika Serikat.
Rektor UNP Kediri, Zainal Afandi, membuka acara dengan penyalaan kembang api sebagai simbol semangat pelestarian budaya.
"Festival ini adalah wujud nyata bahwa kampus bisa membangun budaya akademik yang berpijak pada kearifan lokal. Seni dan pendidikan tidak bisa dipisahkan," ucapnya.
Ia juga menyambut baik kehadiran tamu mancanegara yang turut mengapresiasi kekayaan seni Indonesia.
"Ini menjadi semangat bagi kami untuk terus memperkenalkan seni dan budaya Nusantara ke dunia internasional," imbuhnya.
Ketua pelaksana festival, Roni Mahardika, menyebut acara ini sebagai sarana pembelajaran langsung bagi mahasiswa. Sebanyak 238 mahasiswa turut berperan sebagai panitia, tim kreatif, dan penampil dalam festival yang menjadi bagian dari penilaian mata kuliah Pengembangan Seni Pertunjukan.
Sekitar 7 sanggar seni dari Kediri, termasuk siswa SD Lab UNP di Kampus 4, turut ambil bagian. Persiapan festival berlangsung tiga hingga empat bulan pasca-Lebaran.
“Mahasiswa tidak hanya belajar menyelenggarakan acara, tetapi juga berlatih berkolaborasi dan memaknai seni sebagai media edukasi masyarakat,” kata Roni.
Drama Bubukshah dan Gagang Aking diangkat dari folklor Kediri yang selama ini hidup dalam tradisi lisan. Pertunjukan dipersembahkan sebagai simbol spiritualitas dan keteladanan hidup, dikemas ulang lewat tafsir kreatif oleh mahasiswa.
Dosen PGSD UNP, Wahyudi, menjelaskan bahwa naskah pertunjukan disusun berdasarkan riset dari jurnal nasional dan internasional.
“Cerita ini kami tafsirkan menjadi pertunjukan yang menyatu antara estetika, gerak tari, musik, lighting, hingga artistik panggung,” ujarnya.
Menurut dia, cerita ini kerap diangkat oleh Rektor UNP karena nilai utamanya bukan soal kemenangan.
“Nilai utama dari cerita ini bukan siapa yang menang, tapi siapa yang paling ikhlas dan konsisten dalam hidup,” tuturnya.
Pertunjukan dipandu oleh sutradara Ayu Titi Surmanasari dari Prodi BAUD UNP dan melibatkan delapan pelatih tari dari berbagai sanggar.
Selain pertunjukan utama, festival juga menampilkan teater dan Reog Ponorogo sebagai bentuk apresiasi terhadap budaya lokal Kediri dan sekitarnya.
Wahyudi menambahkan, meskipun UNP belum memiliki fakultas seni, festival ini mencerminkan visi kampus untuk menjadikan seni dan budaya sebagai pilar pendidikan.
“Mahasiswa belajar kepemimpinan, kerja sama, dan pemecahan masalah melalui festival ini,” pungkasnya.(uji/mar)