Tafsir Al-Kahfi 25-26: Tidur 309 Tahun, Setelah Itu?

Tafsir Al-Kahfi 25-26: Tidur 309 Tahun, Setelah Itu? Gua Ashabul Kahfi di Jordania. foto: Cheria Holiday

Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag*

25. Walabitsuu fii kahfihim tsalaatsa mi-atin siniina waizdaaduu tis’aan

Dan mereka tinggal dalam gua selama tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun.

26. Quli allaahu a’lamu bimaa labitsuu lahu ghaybu alssamaawaati waal-ardhi abshir bihi wa-asmi’ maa lahum min duunihi min waliyyin walaa yusyriku fii hukmihi ahadaan

Katakanlah, “Allah lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal (di gua); milik-Nya semua yang tersembunyi di langit dan di bumi. Alangkah terang penglihatan-Nya dan alangkah tajam pendengaran-Nya; tidak ada seorang pelindung pun bagi mereka selain Dia; dan Dia tidak mengambil seorang pun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan keputusan.”

TAFSIR AKTUAL:

Setelah dikisahkan betapa perjuangan tujuh pemuda gua mempertahankan keimanan yang mereka peluk hingga sembunyi di gua dengan segala keadaannya, kini Allah SWT mengabarkan waktu tinggal di dalam gua.

Sesungguhnya waktu mereka sembunyi di dalam gua itu sudah bisa diketahui oleh ahli sejarah dengan cara menghitung tahun. Kapan masuk gua dan kapan keluar untuk membeli makanan ke kampung. Dasarnya pakai koin atau uang logam yang dipakai sebagai alat pembayaran. Dari situ terlacak kapan mata uang ini diterbitkan.

Makanya, semisal al-Thabary mengatakan, bahwa sejarawan ahli kitab berbeda-beda dalam mengitung lama pemuda gua tinggal di dalam. Lalu ayat ini turun membenarkan pendapat sebagian dari mereka, yakni tiga ratus sembilan tahun. "wa labitsu fi kahfihim tsalats mi'ah sinin wa izdadu tis'a".

Itu artinya, Allah SWT mengapresiasi pemikran hamba-Nya yang benar dinyatakan sebagai benar. Tuhan memberi pengharagaan akademik kepada mereka. Terhadap pendapat yang tidak benar cukup didiamkan saja. Hikmahnya: pertama, menjaga harga diri mereka, karena manusia itu tidak suka dipersalahkan. Kedua, agar mereka cepat mengoreksi diri, memperbaiki langkah, dan lebih semangat mencari kebenaran. Bila disalahkan, nanti buntutnya panjang dan tujuan mengedukasi gagal.

Di sini nampak, bahwa mereka hanya bisa menghitung dan mengetahui persoalan yang lahiriah saja, yang matematik saja. Sementara hal yang ghaib sama sekali tidak mereka ketahui. Yaitu selama di dalam gua, bagaimana keadaan mereka, terjaga, tidur, atau mati. Lalu Tuhan memberi tahu, bahwa mereka dalam keadaan tidur pulas. " ...wahum ruqud". Maka menjadi aneh dan benar-benar aneh. Justru keanehan itulah sebagai ujian keimanan terhadap mereka yang hanya mengandalkan akal.

Ada empat hal terkait ghaib, dalam artian tidak terjangkau akal yang tersirat pada kisah pemuda gua ini. Meskipun manusia diperbolehkan berpendapat, tapi Tuhan memberi tekanan, bahwa Tuhan-lah yang maha mengetahui.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO