Tak Percaya Alat Tes Gugas, Anggota DPRD ini Swab Test Mandiri: Merk Alatnya Edan, Bisa Edan-edanan

Tak Percaya Alat Tes Gugas, Anggota DPRD ini Swab Test Mandiri: Merk Alatnya Edan, Bisa Edan-edanan Mahmudi, Anggota DPRD Bangkalan saat memberikan penjelasan kepada media terkait hasil swab test-nya yang negatif dari RS Siloam Surabaya, Senin (11/5/2020).

BANGKALAN, BANGSAONLINE.com - Mahmudi, salah satu Anggota DPRD , memberikan pernyataan resmi terkait hasil swab test negatif yang dilakukannya secara mandiri di RS Siloam Surabaya.

Menurutnya, swab test yang dilakukan secara mandiri ini dikarenakan dirinya tidak percaya dengan alat rapid test yang digunakan oleh pihak Pemerintah Kabupaten melalui Tim Gugus Tugas (Gugas) Percepatan Penanganan . "Alhamdulillah, dari hasil swab test (8/5/2020) di RS Siloam ini saya dinyatakan negatif ," jelasnya.

"Saya lakukan swab test di RS Siloam Surabaya karena hasilnya lebih meyakinkan. Kalau saya tes di lagi, bisa-bisa hasilnya positif. Karena di sini, biasanya menggunakan alat merek Edan. Jadi hasilnya bisa Edan-edanan," ujarnya, Senin (11/5/2020).

Merek Edan itu, kata Mahmudi, tidak termasuk dalam 8 rekomendasi dari Kementerian Kesehatan dan WHO. Bahkan ia mengungkapkan, dari 15 alternatif alat yang direkomendasikan, juga tidak terdapat merek Edan tersebut. "Baru di yang menggunakan merek Edan tersebut," katanya.

"Mungkin merek Edan ini lebih murah, sehingga barangnya bisa lebih banyak didapat. Saya yakin, kalau menggunakan alat merek Edan itu, 50 persen dari warga bisa saja positif ", paparnya.

Dalam kesempatan ini, ia juga mengatakan bahwa masyarakat perlu memahami bahwa ketika dinyatakan reaktif hasil rapid test, hal itu tidak menentukan positif .

"Namun, selama ini gugus tugas terkesan tidak pernah memberikan sosialisasi seperti itu. Hanya menyampaikan kalau reaktif hasil rapid test, berarti sudah dipastikan positif . Ke depan, saya meminta tim gugus kalau mau bekerja harus memberikan edukasi yang benar kepada masyarakat," tuturnya.

"Saya melakukan swab test, sudah sesuai prosedur, yakni 10 hari setelah melakukan rapid test. Bukan seperti yang terjadi di sini (). Ketika reaktif rapid test, harus dilakukan swab test dan isolasi. Seakan-akan saya ini punya virus yang sangat luar biasa," tambahnya.

"Masa saya waktu mengambil hasil swab test di Surabaya, sewaktu pulang ketika sampai di Suramadu, dites suhu tubuh, hasilnya 38,2 derajat. Padahal, saya yang dites di RS Siloam hasilnya 36,5 derajat. Saya minta untuk mengulang, hasilnya 37,5 derajat, ini kan seperti main-main saja," tegasnya.

Adapun dengan kasus yang dialaminya ini, ia berharap tim satgas tidak setengah-setengah dalam menangani . "Kalau mau memutus mata rantai penyebaran , anggaran itu harus dimanfaatkan dengan benar. Harus terbuka dan terpublikasi," pungkasnya. (uzi/zar)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Detik-Detik Warga Desa Lokki Maluku Nekat Rebut Peti Jenazah Covid-19':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO