Tafsir Al-Kahfi 11-12: Antara Telinga dan Tidur

Tafsir Al-Kahfi 11-12: Antara Telinga dan Tidur Ilustrasi tidur.

Ayat ini rujukannya. Bila dia tidak mendengar apa-apa sama sekali, maka wudlunya batal. Berarti dia benar-benar tidur dan akalnya, indranya, juga benar-benar OFF. Tapi jika masih mendengar suara di sekitarnya, meskipun tidak jelas dan tidak pula bisa dimengerti, maka tidak membatalkan wudlu.

"fa dlarabna 'ala adzanihim". Telinga yang dibuntu oleh Tuhan perspektif sufistik beda lagi. Kaum sufi memaknainya dengan telinga seorang muslim yang tidak mendengar apa-apa ketika tidur lelap semalam suntuk. Mereka tidak mendengar panggilan Tuhan agar segera bangun malam dan shalat tahajjud. Telinga budeg begini ini disindir oleh Rasulullah SAW sebagai telinga yang penuh dengan air kencing syetan "Dzak al-rajul bal al-syaithan fi udzunih" (Hadis Shahih).

Sisi lain, pendengaran sungguh vital dalam mengakses informasi, membuat manusia berpengetahuan atau tidak berpengetahuan. Mata yang buta memang mengganggu, tapi tidak fatal. Dunia ini mencacat banyak sekali orang yang cacat netra tapi sehat pendengaran. Mereka pandai, bijak, menjadi ulama besar, bahkan menjadi kepala negara.

Abdullah ibn Abbas, saudara sepupu Rasulillah SAW yang pernah dido'akan oleh Nabi menjadi ilmuwan tafsir al-qur'an papan atas. Dan benar-benar terbukti. Tapi, pada masa tuanya dia buta karena senjata musuh mengenai matanya saat berperang. Mengeluhkah dia?

Sama sekali tidak. Ibn Abbas berikrar di hadapan Tuhan: "Ya Tuhan, Engkau telah megambil penglihatan mataku. Aku sangat terima kasih Engkau telah menyisakan mulutku, pendengaranku, dst. Aku masih bisa mendengar firman-Mu, masih bisa menyampaikan pesan suci-Mu dan masih bisa juga berjalan menuju majelis ilmu dengan kakiku.

Dan setetah mereka tertidur lelap, lalu Tuhan membangunkan mereka kembali agar tanda kebesaran Allah nampak dan menjadi peringatan bagi umat manusia. Kira-kira seperti itu pesan ayat berikutnya (12). Dalam ayat disebutkan "al-hizbain" dua kelompok. Mufassirin bersilang pendapat tentang siapa mereka dan apa hubungannya dengan kisah ini.

Pendapat paling umum adalah, bahwa kelompok pertama adalah rombongan pemuda goa itu sendiri dan kelompok kedua adalah orang kampung di mana pemuda-pemuda itu dulu bertempat tinggal. Mereka dibangunkan atau muncul kembali setelah ratusan tahun menghilang. Hal itu tentu sangat mengejutkan semua pihak.

Tidak masuk akal, itu pasti. Fantastis, memang iya. Semua ini nyata dan terbukti. Inilah kekuasaan Tuhan yang didemonstrasikan sebagai pelajaran bagi semua titah, bahwa Allah SWT itu mampu segala-galanya. Tuhan selalu menolong hamba-Nya yang berjuang di jalan-Nya, selalu menjawab permohonan hamba-Nya yang tersayang.

Dua ayat ini sesungguhnya kayak semacam pengantar atau introduction, di mana Tuhan hanya mengkisahkan secara global saja. Selanjutnya, Tuhan akan mengkisahkan kembali pemuda goa ini dengan lebih lengkap dan detail. Seperti identitas mereka, jumlah personal mereka, berapa lama tidur di dalam goa, keadaan saat tidur seperti apa, keadaan anjing mereka dan sebagainya. Dan kisah selengkapnya dimulai dari ayat berikut ini.

*Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag adalah Mufassir, Pengasuh Rubrik Tafsir Alquran Aktual HARIAN BANGSA, dan Pengasuh Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an (MQ), Tebuireng, Jombang. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO