Tafsir Al-Isra 85: Refleksi Hari Tasyriq, Hari Freezer

Tafsir Al-Isra 85: Refleksi Hari Tasyriq, Hari Freezer Ilustrasi: Warga menguliti kambing saat Hari Raya Idul Adha. foto: Warta Kota

Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag*

85. Wayas-aluunaka ‘ani alrruuhi quli alrruuhu min amri rabbii wamaa uutiitum mina al’ilmi illaa qaliilaan.

Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang ruh. Katakanlah, “Ruh itu termasuk urusan Tuhanku, sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya sedikit.”

TAFSIR AKTUAL

Ayat kaji kita (Al-Isra: 85) membicarakan soal al-Ruh, di antaranya bermakna al-qur'an. Jadinya, Al-Qur'an Al-Karim itu benar-benar power yang amat dahsyat yang bisa menggerakkan orang beriman lebih kuat beribadah. Juga sebagai spirit yang mengobarkan jiwa mereka untuk berbuat kebajikan. Selanjutnya Al-Qur'an menuntun manusia menjadi mengerti. "ma kunta tadri ma al-kitab wa la al-iman wa lakin ja'alnah nura nahdi bih..".

Lalu, power (Ruh), nur (cahaya) itu kita pancarkan ke dua hari 'Id yang kita miliki, yakni, 'id al-fitr dan 'id al-adha. 'id al-fitr (bukan 'id al-fitrah), adalah hari pesta sarapan pagi, pesta makan-makan. Sebuah hari merangkul dan meramah-tamahi kaum du'afa' untuk makan bersama dengan orang berduit, dilambangkan dengan mengeluarkan zakat fitrah (subsidi untuk mensucikan diri) atau zakat fitr (subsidi untuk makan pagi). Makanya, penerima subsidi ini hanyalah orang-orang tertentu.

Kedua, id al-adha, hari pesta makan besar yang titik tekannya pada besaran lauk-lauk, daging segar melezatkan. Beda dengan 'id al-fitr yang orientasinya menanggulangi kelaparan, 'id al-adha lebih pada peningkatan gizi, berpesta makan besar yang nikmat.

Untuk itu, tidak ada kriteria khusus bagi penerima daging qurban. Siapa pun boleh dan disunnahkan, tidak pandang pejabat atau konglomerat, termasuk yang berqurban. Ya, karena orientasinya adalah "keberkahan", bukan penutup kelaparan.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO