SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Suaranya mulai tertatih-tatih saat pertengahan sambutan. Air matanya pun mulai membasahi pipinya. Sesekali, ia menghapus air matanya itu. Kesedihannya nampak terasa ketika dia berkali-kali mengucapkan terima kasih kepada pihak Astra yang telah membantu menerima anak-anak Surabaya dalam program magang.
“Kalau boleh saya diberikan kesempatan, saya akan sujud di depan bapak/ibu sekalian, karena saya terima kasih sekali. Kaki saya tidak kuat,” kata Risma dengan suara tertatih-tatih kemudian sujud syukur saat sambutan.
BACA JUGA:
- Lantik 2.086 PPPK, Wali Kota Surabaya Imbau Maksimalkan Tugas Kepada Masyarakat
- Antisipasi Lonjakan Pendatang Baru, Pemkot Surabaya Lakukan Pendataan
- Digitalisasi Informasi Inklusif dan Ramah Disabilitas: Pemilu Berkeadilan di Surabaya
- Antisipasi Cuaca Ekstrem, BPBD Surabaya Tambah Pos Pantau Bencana di Perbatasan Kota
Seketika itu, ajudan Wali Kota Risma dan para pejabat di lingkungan Pemerintah Kota Surabaya membantunya untuk bangkit berdiri. Sambil mengusap air matanya dengan tisu, ia mencoba bangkit lagi berdiri dan melanjutkan sambutannya. “Terima kasih sekali Bapak, terima kasih sekali,” katanya sambil terisak.
Bagi dia, tidak ada kata yang dapat mewakili rasa terima kasihnya kepada pihak Astra. Bahkan, wali kota perempuan pertama di Kota Surabaya itu mengaku rela nyemplung sungai apabila disuruh Astra untuk menunjukkan rasa terima kasihnya.
“Saya tidak akan pedulikan (badan) saya. Bagi saya, mereka lebih berharga dibandingkan tubuh saya. Jadi, matur nuwun sekali lagi,” kata Risma seusai penandatanganan nota kesepakatan bersama antara Pemkot Surabaya dengan Grup Astra Surabaya tentang pengembangan sumber daya manusia bagi warga Kota Surabaya.
Risma mengaku sangat tahu bahwa kesempatan seperti ini sangat jarang diberikan kepada orang lain. Namun, kesempatan ini diberikan kepada anak-anak Surabaya yang merupakan anak-anak Wali Kota Risma, sehingga berkali-kali dia menyampaikan terima kasih banyak atas kesempatan tersebut.
“Mudah-mudahan Tuhan yang akan membalas kebaikan Bapak/Ibu sekalian karena kami tidak bisa membalasnya,” kata dia.
Ia menagku sempat bingung menangani anak-anak Surabaya yang putus sekolah. Bahkan, ia merasa punya hutang apabila belum bisa menyelesaikan anak-anak yang putus sekolah.