Tafsir Al-Isra' 71: Beribadah itu Kewajiban, Kebutuhan atau Hobi? Ini Bedanya

Tafsir Al-Isra Ilustrasi

Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag*

71. Yawma nad’uu kulla unaasin bi-imaamihim faman uutiya kitaabahu biyamiinihi faulaa-ika yaqrauuna kitaabahum walaa yuzhlamuuna fatiilaan.

(Ingatlah), pada hari (ketika) Kami panggil setiap umat dengan pemimpinnya; dan barang siapa diberikan catatan amalnya di tangan kanannya mereka akan membaca catatannya (dengan baik), dan mereka tidak akan dirugikan sedikit pun.


TAFSIR AKTUAL

Berhentilah menjadi imam shalat tarawih cepet-cepetan. Beristighfarlah dan lakukan yang terbaik buat umat islam, bukan sekadar melayani shalat. Pandulah umat menjadi terbiasa beribadah secara berkualitas. Tingkatkan ibadah umat dari pandangan, bahwa ibadah itu sebagai "KEWAJIBAN". Arahkan menjadi "KEBUTUHAN", lalu menjadi "HOBI". Bedanya?

Pertama, bila Ibadah sebagai kewajiban, maka kita beribadah murni terdorong atas perintah Tuhan. Andai Tuhan tidak memerintahkan, maka kita tidak beribadah. Pandangan ini benar, tetapi ada rasa terpaksa. Lazimnya punya rasa malas ketika hendak mengerjakan ibadah.

Andai ada pilihan antara menunaikan ibadah atau tidak, maka yang dipilih adalah tidak ibadah. Kelas ini umum ada pada kebanyakan orang Islam. Bermalas-malasan ibadah, shalat, adalah tanda jiwa masih munafik. Salah satu tanda jiwa masih munafik adalah enggan mengerjakan ibadah sunnah. Orang munafik tidak butuh ibadah sunnah.

Kedua, bila ibadah sebagai kebutuhan, maka seseorang akan merasa butuh terhadap ibadah itu. Jika dia tertinggal ibadah, maka merasa ada sesuatu yang hilang pada dirinya. Seperti anda butuh makan. Jika tidak makan, maka akan mencari makanan. Bahkan rela membeli. Di sini, orang beriman merasa menyesal bila tertidur dan ketinggalan shalat berjamaah. Terhadap amal sunnah, meskipun tidak aktif, masih sering dilakukan.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO