Air Terjun Ketegan, Wisata Eksoti yang Menggeliat Bangun

Air Terjun Ketegan, Wisata Eksoti yang Menggeliat Bangun ?jalan menuju air terjun Ketegan, hinggap di atas batu licin, ataukah menyusuri jalan setapak pinggir kali. foto:rosihan c anwar/bangsaonline

Agaknya, mereka cukup serius melangkah menuju distinasi wisata unggulan di . Pihak pengelola wisata yang berupa Badan Usaha Milik Desa ini, tengah menyiapkan beberapa fasilitas, mulai toilet, kamar ganti, musala, stan oleh-oleh dan souvenir, warung, homestay, dan lahan parkir yang representatif. “Bupati menyarankan, agar menyiapkan Pondok Afternoon Tea, atau pondok minum teh sore hari. Kita masih mencari lahan yang cocok itu.”

Bukan itu saja, merchandise berupa kaos telah disiapkan. Saat ini masih proses sablon. “Di sini juga mempunyai produk unggulan berupa kerajinan perhiasan perak. Itu akan menjadi salahsatu unggulan kami, yang akan kami display,” tambah Sukirman.

Keyakinan pengurus bahwa wisata air terjun Ketegan bakal berkembang pesat, karena mereka mempunyai adat unik, yang berbeda dengan Osing. “Lokasi kami satu kecamatan dengan Desa Kemiren yang dihuni suku Osing, tapi kami mempunyai adat yang berbeda. Di desa kami, dihuni tiga etnis berbeda, yaitu Jawa atau , Osing dan Madura. Maka, adat yang berkembang di kampung kami adalah gabungan dari ketiganya. Dan sampai saat ini, masih kami pegang teguh,” aku Sukirman.

Di desa ini terdapat kuntulan / hadrah yang khas , Macopat Lontar Yusup, Lontar Madura, Barong dan Jaranan. Mereka mengklaim nama boleh sama dengan daerah lain, tetapi gerak, nada, tabuhan gamelan akan berbeda. “Pokoknya, khas desa kami,” sergah Sukirman, yang juga pengurus Barongan ini. “Jika ada wisatawan menginginkan, dan kami disuruh main, sekarang pun siap,” tantang dia.

Tak cukup sampai di situ, adat panjer kiling juga menjadi andalan. Yaitu, memainkan angklung paglak di panggung yang cukup tinggi. Tiang panggung ini adalah empat penjor dari bambu. “Untuk sementara, kami mainkan di hari libur dan hari besar saja. Kami juga memutuskan, pada hari libur itu, mengenakan pakaian adat . Nantinya, jika sudah berkembang, siapapun yang berkecimpung di wisata, termasuk pemilik stan, harus berpakaian adat ,” tandas Umar.

Langkah yang disiapkan pengurus ini, sudah ‘on the track’ dengan apa yang katakan Menteri Sosial Khofifah Indarparawansa, saat memberikan sambutan pada acara Ethvo Carnival. “Cara mengembangkan pariwisata, tak lepas dari upaya pembangunan karakter bangsa. bisa menjadi role models,” kata menteri yang juga Ketua Muslimat NU ini.

Menteri Pariwisan dan Ekonomi Kreatif Arief Yahya mengakui, bahwa keragaman kebudayaan di sangat banyak, tak hanya Osing.

“Festival ini saya putuskan masuk agenda event nasional mulai tahun depan. Artinya, juga harus menumbuhkan ekonomi kreatif, dan menyiapkan destinasi wisata lain,” kata menteri yang berasal dari , dan fasih berbahasa Osing ini.

Meski belum membentuk Kelompok sadar Wisata di Desa Kampung Anyar, namun warga desa sepakat untuk memberikan rasa aman dan memberikan keramahan kepada wistawan. Juga menjaga kebersihan, keteriban dan keindahan. “Kami tak ingin wisatawan kecewa karena sikap kami yang tak mengenakkan hati. Alam sudah indah dan sejuk, tetapi kalau hati dibuat panas, tentunya kami tak akan dikenang. Yang kami inginkan adalah wisata air terjun Ketegan dan budaya kami dikenal luas, dan wisatawan mempunyai kenangan perjalanan ke ,” tandas Umar, walaupun dia mengaku, belum pelatihan dan pengelolaan pariwisata, lebih-lebih terkait sapta pesona pariwisata.

Dana operasional mereka, sejauh ini hanya didukung dari pendapatan parkir saja. Untuk tiket masuk masih dibebaskan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Cuaca Kurang Bersahabat, Pelabuhan Ketapang-Gilimanuk Ditutup':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO