Sarat Makna, Pakde Karwo Resmikan Tugu Parasamya Purnakarya Nugraha

 Sarat Makna, Pakde Karwo Resmikan Tugu Parasamya Purnakarya Nugraha Gubernur Jawa Timur Soekarwo saat sambutan dengan latar belakangnya Tugu Parasamya Purnakarya Nugraha dan titik nol di halaman kator Gubernur Jatim, Jumat (28/12) malam. foto: YUDI ARIANTO/BANGSAONLINE

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Gubernur Jawa Timur Dr Dr (HC) H Soekarwo, S.H., M.Hum, meresmikan tugu Parasamya Purnakarya Nugraha di depan Halaman Kantor Gubernur Jatim, Jalan Pahlawan No. 110, Surabaya, Jumat (28/12) malam.

Pakde Karwo, sapaan Soekarwo mengungkapkan, sebagaimana Mendagri sampaikan bahwa Jawa Timur adalah provinsi Parasamya Purnakarya Nugraha. Hal itu dibuktikan dengan tiga kali berturut-turut Jatim menerima penghargaan tersebut.

"Penghargaan Parasamya kali pertama diserahkan oleh Presiden Soeharto kepada Gubernur HM Noer pada 1974. Pada 2014, penghargaan ini diserahkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Sedangkan pada 2017, Jatim kembali menerima penghargaan ini dari Menteri Dalam Negeri (Mendagri) RI, Tjahjo Kumolo," ungkapnya.

Saat menyerahkan penghargaan pada 2017, lanjut Pakde Karwo, Mendagri berpesan agar prestasi meraih tiga kali penghargaan tersebut bisa dijadikan simbolik yang bisa dibaca dan dilihat. "Karena itu, kami membuat tugu Parasamya ini, tugu ini menjadi bagian sejarah dan pendidikan yang dapat disaksikan oleh seluruh masyarakat Jawa Timur. Sejarah adalah masa lalu, masa kini, dan masa depan,” lanjut Pakde.

Pakde Karwo menambahkan, tugu yang dibuat tersebut bukan semata-mata menampilkan benda mati saja, namun memiliki makna yang mendalam di baliknya. Ornamen tugu yang dibangun dengan biaya mencapai Rp 6,9 miliar ini menggambarkan secara indah rentetan kesenian budaya yang mencerminkan perjalanan sejarah.

"Tari Gandrung Banyuwangi menggambarkan semangat perjuangan masyarakat setempat yang saat itu memberikan hiburan untuk bangsa penjajah, setelah itu dilawan dan diusir dari Bumi Blambangan," tambahnya.

Selanjutnya, Tari Remo yang menggambarkan penyambutan kepada penjajah, yang kemudian dilakukan penyerangan terhadap mereka. Lalu ornamen Reog Ponorogo yang mencerminkan perlawanan terhadap ketidakadilan, serta ornamen Karapan Sapi asal Madura yang memiliki nilai sejarah olahraga dan kesenian khas masyarakat Madura.

Lihat juga video 'Warga Kota Pasuruan Berebut Minyak Goreng Curah Saat Gubernur Jatim Pantau Operasi Pasar':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO