Polemik ‘Tuhan Membusuk’ Meluas ke Luar Negeri

Polemik ‘Tuhan Membusuk’ Meluas ke Luar Negeri ? Rektor UINSA Prof Dr Abdul A'la (tengah) saat memberikan keterangan terkait polemik tema OSCAR Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Rabu (3/9). foto: nur faishal/BANGSAONLINE


SURABAYA (bangsaonline) – Polemik kalimat ‘ Membusuk’ pada tema Orientasi Studi Cinta Almamater (OSCAAR) Dewan Mahasiswa (Dema) Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya tidak hanya ramai dibicarakan di dalam negeri.

Temakontroversial bersubtema “Rekonstruksi Pemikiran dari Islam Radikalisme Menuju Islam Kosmopolitan” ini juga menjadi perhatian warga di negeri luar.

Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya Prof Dr Abdul A’la mengatakan, banyak rekan-rekannya di Turki dan Timur Tengah yang menanyakan pemberitaan tersebut. “Polemik ini menjadi meluas, bahkan sampai di luar negeri. Karena itu, kami dari rektorat UINSA meminta maaf jika kalimat ‘ Membusuk’ di tema OSCAR mahasiswa menyinggung penganut agama yang berbeda secara pemahaman,” katanya saat jumpa pers di Surabaya, Rabu (3/9).

Dia menuturkan, rekannya di luar negeri mengkritisi penggunaan frasa ‘Kalimat Membusuk’ tersebut. Tapi, secara substansial, mereka tidak mempermasalahkan maksud dari tema yang diusung panitia OSCAR. “Tema tersebut sebenarnya mengkritisi hilangnya nilai-nilai ketuhanan dalam diri manusia. Kritik atas penggunaan nama dan agama untuk kepentingan tertentu,” tandasnya.

Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Dr Muhid menambahkan, kalimat ‘ Membusuk’ yang dipasang di spanduk OSCAR mahasiswa tersebut tidak bermaksud untuk menjelaskan Zat Yang Maha Esa. Menurutnya, mahasiswa mendasarkan kritik tersebut pada realitas kekinian yang kerap membawa-bawa nama agama untuk kepentingan tertentu. “Nilai-nilai ketuhanan dalam diri orang banyak yang hilang, sehingga seolah-olah tuhan tidak ada,” jelasnya.

Muhid menyadari, wacana dan pemikiran yang diusung mahasiswa sedianya menjadi asupan akademisi di dalam kampus. Sebab itu, ketika tema yang menjadi acuan utama pengenalan mahasiswa baru itu terunggah di media online dan media sosial sehingga dikonsumsi masyarakat secara luas, polemik muncul. “Tapi bukan mahasiswa sendiri yang mengunggah itu,” ujarnya.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO