Tafsir Al-Isra 1: Kebesaran Tuhan di Seputar Masjid

Tafsir Al-Isra 1: Kebesaran Tuhan di Seputar Masjid Masjid Nabawi. foto: ilustrasi

Oleh: Dr. KHA Musta'in Syafi'ie M.Ag. . .

Subhaana alladzii asraa bi’abdihi laylan mina almasjidi alharaami ilaa almasjidi al-aqshaa alladzii baaraknaa hawlahu linuriyahu min aayaatinaa innahu huwa alssamii’u albashiiru (1).

" .. linuriyahu min aayaatinaa ..". Sekali lagi, bahwa ayat ini hanya membicarakan al-isra (zona bumi) saja, tidak merembet ke al-mi'raj (zona langit). Dengan demikian, tanda kebesaran Tuhan (min aayaatinaa) yang dimaksud adalah sebagian kekuasaan Tuhan di seputar al-masjid tersebut saja yang diperlihatkan.

Bukti kebesaran Tuhan hanya bisa dibaca oleh orang yang beriman dan mau berpikir obyektif saja. Tujuan pamer kebesaran tersebut tentu bukan untuk sekadar pamer, karena Tuhan tidak butuh pamer, melainkan untuk menfasilitasi hamba-Nya, untuk menggiring hamba-Nya kepada keimanan lebih mapan dan ketaqwaan lebih sempurna. Makanya, mereka yang kafir dan menutup diri tidak akan bisa membaca ayat Tuhan tersebut meskipun nyata ada di depan mata.

Pamer kebesaran ini sungguh sangat cerdas sebagai antisipasi, mengingat pasti akan ada pengingkaran, bahkan cemoohan dari orang-orang kafir Makkah setelah mereka dengar ada peristiwa isra' yang dilakukan nabi. Dan betul.

Kepada nabi, mereka meminta beberapa bukti yang mendukung kebenaran al-isra', antara lain menjelaskan kondisi obyektif bangunan fisik al-masjid al-aqsha. Hal itu karena mereka mengerti betul, bahwa sepanjang hidupnya, si Muhammad yang mengaku nabi itu belum pernah pergi ke Palestina. Meskipun nabi Muhammad SAW mampu menjawab semua pertanyaan, menuruti semua permintaan yang tidak masuk akal, tapi tetap saja mereka tidak mau beriman.

" ..linuriyahu min aayaatinaa..", tidak saja tanda kebesaran Tuhan yang disaksikan waktu itu, melainkan juga waktu sekarang dan masa mendatang. Keberkahan yang diberikan di seputar al-masjid, di bentangan rute dari al-masjid al-haram hingga al-masjid al-aqsha sungguh menakjubkan. Menurut kabar, di sekitar itu, sumber daya alam, termasuk emas, nikel dan lain-lain sungguh melimpah. Entah kapan bisa diekplotasi besar-besaran seperti minyak dan gas bumi yang sekarang menjadi sumber kekayaan negeri seputar situ.

Sama dengan ucapan nabi Muhaamd SAW yang menggunakan tamsilan-tamsilan kebajikan akhirat yang diekspresikan dengan kematerian dunia. Salah satunya menyebut emas segunung Uhud. Meskipun itu hanya tamsilan, tapi karena yang mengucapkan adalah manusia wahyu, maka punya makna. Nyatanya, menurut penelitian modern, kandungan emas di gunung Uhud sungguh menakjubkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO