Pastur se-Dunia Ingin Tahu Tarekat dan Pesantren di Indonesia

Pastur se-Dunia Ingin Tahu Tarekat dan Pesantren di Indonesia Pastur Gereja Katolik sedunia berdialog tentang perdamaian antarumat beragama di UINSA Surabaya, Rabu (13/8). foto: nur faishal

SURABAYA (bangsaonline) – Sejumlah pastur Gereja Katolik Ordo Dominican, semacam tarekat di , dari 31 negara berkumpul di kampus Universitas Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, Rabu (13/8/2014). Mereka bertemu untuk mendiskusikan tentang keadilan dan perdamaian antarumat beragama. Mereka juga ingin mengetahui di Indonesia.

Romo Rohbini menjelaskan, kunjungan ini adalah bagian dari pertemuan empat tahunan pastur Ordo Domincan di dunia. Di Indonesia, para pastur berkunjung di UINSA untuk mengetahui di Nusantara. Kegiatan ini bertajuk International Conference Strenghthening Justice and Peace Through Interreligious Dialogue. "Kami ingin mengetahui di Indonesia," ujarnya.

Dua narasumber menjelaskan kepada para pastur tentang di Indonesia.Mereka adalah Abdul Kadir, Direktur Pesantren Mahasiswa dan dosen Pasca Sarjana UINSA, dan Prof Dr Syafiq Mughni, mantan Direktur Pasca Sarjana dan Ketua PW Muhammadiyah Jatim.

Dalam paparannya Abdul Kadir mengatakan, pesantren dan tarekat adalah corak khas dari pada wajah di Indonesia. Tarekat, kata dia, secara umum dipahami sebagai gerakan sufisme yang menganggap dunia sebagai hal yang fana. Prilaku kaum sufi demikian meninggalkan kehidupan dunia, dan fokus pada lelaku ketuhanan. Kadir menyebut lelaku kaum sufi seperti ini dengan lelaku khalwat.

Di Indonesia, jelas Kadir, tasawuf memiliki ciri khas sendiri. Para ahli tarekat, institusi dunia sufisme, memadukan antara perkara dunia dengan akhirat. Itu disemangati oleh dalil yang berbunyi I'mal lidunyaaka ka'annaka ta'iisyu abadan, I'mal li-akhiirotika ka'annaka tamuutu ghadan (kerjakan duniamu seolah akan hidup abadi, dan kerjakan amal akhiratmu seolah akan mati besok).

Sufisme di Indonesia, lanjut Kadir, datang melalui jalur perdagangan, bukan melalui media politik dan militer. Sebab itu, Indonesia sejak mula hadir membawa perdamaian. "Lewat perdagangan, bukan invasi militer atau politik. Makanya, awal penyebaran termasuk damai," tuturnya.

Begitu juga soal pesantren. "Pesantren is unique," kata Kadir. Pesantren, jelas alumnus Al-Azhar, Mesir, itu, adalah ciri khas pendidikan di Indonesia. Pendidikan model pesantren, kata dia, memadukan antara nilai lokal dan ajaran . Melalui pesantren pula damai tersebar kepada umatnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO