Salah satu peserta festival perahu hias menampilkan mitologi 'Rahwana Gugur'.
BOJONEGORO, BANGSAONLINE.com - Sebanyak 16 desa di wilayah bantaran Sungai Bengawan Solo mengikuti festival perahu hias dalam rangkaian Hari Jadi Bojonegoro (HJB) ke-340. Ada 32 perahu hias dari 16 desa yang turut serta ditambah dari instansi dan komunitas sebanyak 7 perahu.
Puluhan peserta menampilkan aneka kesenian tradisional yang ada di Bojonegoro. Mulai bentuk binatang mitologi jelmaan Prabu Angling Dharma yakni meliwis putih, naga, sapi dan aneka bentuk lainnya. Tak hanya itu, perahu hias ini juga menampilkan aneka potensi lokal Kabupaten Bojonegoro serta kesenian lokal wayang thengul.
Sebelum perahu berlayar sekitar 1 kilometer, acara diawali dengan larung sesaji tumpeng robyong, tangkir plonthang, cuk bakal, beras kuning dan kepala kambing kendit yang kesemuanya berjumlah 7 macam.
"Juga ada pementasan tari nawu yang menggambarkan aktivitas penduduk di pinggiran Sungai Bengawan Solo saat beraktivitas mencari ikan," ungkap Kabag Humas Pemkab Bojonegoro, Heru Sugiarto, Minggu sore (24/9).
Sementara itu Wakil Bupati Bojonegoro, Setyo Hartono di sela mengikuti festival perahu hias menyampaikan tentang pentingnya bersinergi antara pemerintah dengan masyarakat untuk pembangunan di Kabupaten Bojonegoro.
"Dengan festival ini juga dalam rangka memelihara dan menjaga kelestarian lingkungan sekitar, khususnya bantaran Bengawan Solo. Jangan segan mengingatkan kepada oknum yang sengaja merusak lingkungan melalui penambangan pasir liar, bila perlu segera laporkan ke pihak berwajib," tandas Wabup.
Pantauan wartawan di lapangan, animo masyarakat sangat antusias menyaksikan pawai perahu hias baik dari titik pemberangkatan maupun rute yang dilewati di bantaran Sungai Bengawan Solo, yakni mulai Bendung Gerak Kecamatan Kalitidu dan finish di Taman Sungai Bengawan (TBS) Kota Bojonegoro. (nur/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Terkait
BANGSAONLINE VIDEO
