Stok Melimpah, Gresik Kirim Beras ke Jabodetabek

Stok Melimpah, Gresik Kirim Beras ke Jabodetabek Para kuli saat menaikkan beras untuk dikirim ke Jabodetabek. foto: SYUHUD/ BANGSAONLINE

GRESIK, BANGSAONLINE.com - Dinas Pertanian (Disperta) Pemkab Gresik membuat kebijakan untuk mengirim beras ke wilayah lain. Hal ini dikarenakan stok beras hasil produk pertanian di Kota Pudak melimpah. Di antara wilayah yang jadi tujuan adalah, Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, dan Bekasi).

Pengiriman tersebut melalui Toko Tani Indonesia (TTI) Center di Jakarta, Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dari 4 desa di Kabupaten Gresik.

"Pengiriman perdana sebanyak 20 ton beras dilakukan dari TTI Desa Kedungrukem Kecamatan Benjeng dan TTI Desa Wahas Kecamatan Balongpanggang Minggu (27/8/2017)," ujar Kepala Disperta Gresik Agus Djoko Waluyo didampingi Kabag Humas Suyono, Minggu (27/8/2017).

Menurut ia, jumlah pengiriman masih 50 persen dari alokasi yang ditargetkan. "Mestinya tahun ini kami ditarget 40 ton, namun setelah ada kesepakatan dari Pihak Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur, maka pengiriman TTI Kabupaten Gresik ke Jabodetabek hanya 30 ton. Sisanya untuk kebutuhan pasar lokal Gresik dan Jawa Timur," jelasnya.

Dijelaskan Agus, program pengembangan usaha pangan masyarakat atau yang dikenal dengan TTI 2017 dilaksanakan di 4 desa dengan 2 macam komoditi. Untuk komoditi beras dilaksanakan di Desa Kedungrukem Kecamatan Benjeng dan Desa Wahas Kecamatan Balongpanggang.

Sedangkan komoditi cabe dilaksanakan di Desa Pengalangan Kecamatan Menganti dan Desa Tenaru Kecamatan Driyorejo. "Komoditi cabe kami ditarget 35 ton untuk di kirim ke Jabodetabek. Namun karena ada kekosongan di pasar lokal dan regional, maka atas kesepakatan Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur, produksi cabe untuk memenuhi kebutuhan lokal. Sedangkan 10 ton produk cabe yang lain kami kirim ke TTI Center di Jakarta," terang Agus.

TTI ini dibiayai oleh APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara). Alokasinya di tahun 2017 di Gresik sebesar Rp 640 juta yang terbagi pada setiap Gapoktan masing-masing sebesar Rp 160 juta. Rinciannya, untuk permodalan sebesar Rp 100 juta dan untuk biaya operasional sebesar Rp 60 juta.

Dalam program ini, harga produksi dibeli dengan harga lebih tinggi oleh pihak TTI. Namun pihak pembeli menentukan kualifikasi dan standar khusus yang bisa diterima oleh TTI Center. Untuk beras medium misalnya, waktu jemur harus memenuhi tingkat kekeringan tertentu serta persentase pecahan (broken) sesuai yang ditetapkan.

"Untuk cabe malah lebih rumit. Dari pihak TTI menetapkan, saat pengiriman pengemasannya harus baik. Rentang waktu cabe diterima maksimal dalam waktu 12 jam setelah dipanen. Makanya kami harus hati-hati dan perlu meyakinkan kepada petani dan Gapoktan," terangnya.

Sesuai misi pemerintah, tambah Agus, program ini bertujuan untuk menyerap produksi pertanian nasional dengan harga yang layak, sehingga menguntungkan petani. " Program ini mendukung stabilisasi pasokan dan harga pangan serta memberikan kemudahan akses konsumen/masyarakat terhadap bahan pokok terutama pangan," pungkasnya. (hud/rev)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO