Tafsir Al-Nahl 125: Terkadang Diam, Cara Dakwah Terbaik

Tafsir Al-Nahl 125: Terkadang Diam, Cara Dakwah Terbaik Ilustrasi

Oleh: Dr. KHA Musta'in Syafi'ie MAg. . .   

Ud’u ilaa sabiili rabbika bialhikmati waalmaw’izhati alhasanati wajaadilhum biallatii hiya ahsanu inna rabbaka huwa a’lamu biman dhalla ‘an sabiilihi wahuwa a’lamu bialmuhtadiina (125).

Era Makkah, dakwah dilakukan dengan sangat memperhatikan keamanan dan keselamatan jiwa. Hal itu karena dedengkot kafir Makkah galak-galak dan tidak segan menghabisi. Maklum, waktu itu masih zaman perbudakan sehingga hukum ada di tangan penguasa, tetua adat dan para majikan. Maka, cara bi al-hikmah sangat tepat dipakai.

Nabi Muhammad SAW menyaksikan sendiri ketika keluarga Ammar ibn Yasir disiksa, bahkan si istrinya, Sumayyah ditusuk vaginanya hingga tewas. Nabi tidak bisa berbuat apa, cuma memberi salam, menasehati agar sabar dan menjanjikan surga. "shabra ala Yasir, fa inn ma'idakum al-jannah".

Memang, apa yang dilakukan Nabi itu sama sekali tidak mengurangi apalagi menghentikan kejahatan mereka, sehingga siksaan demi siksaan terus dihujamkan. Namun bagi keluarga Yasir, salam dan janji Nabi itu bagaikan air segar yang merasuk sanubari, tersenyum ceria dan jiwa melayang menikmati taman surga. Salam Rasulullah SAW itulah yang mengubah derita menjadi senyuman.

Pada era ini, dakwah dilakukan dengan cara berbisik, antar pribadi dan sembunyi-sembunyi. Dari kerabat dekat dan teman dekat yang diyakini bisa menerima islam. Cara demikian juga tidak aman dan pasti tercium oleh mata-mata kafir. Saat itu, dakwah pakai uang sangat diperlukan untuk menebus budak islam yang menjadi milik majikan kafir. Kekayaan Khadijah, bisa dikata habis-habis dipakai untuk ini, begitu pula aset Abu Bakar a-Shiddiq. Maka, banyak budak muslim yang dibeli dan dimerdekakan.

Nabi juga pernah mengadakan semacam kenduri, dengan mengumpulkan semua keluarga. Tujuan acara kondangan itu untuk memperkenalkan kepada keluarga agama islam yang dibawanya (al-Syu'ara' :214). Begitu Nabi mau memulai acara, sang paman, Abu Lahab rupanya sudah membaca maksud kenduri itu, lalu dia mendahului berdiri dan menyampaikan kata-kata pedas mengutuk sang keponakan.

Nabi dituduh sebagai pembelot agama nenek moyang yang akan menyesatkan semua anggota keluarga besar, bani Abd Manaf. Tidak hanya itu, Abu Lahab juga memprovokasi semua keluarga agar jangan sampai ada yang tertipu oleh Nabi, sehingga meningalkan agama nenek moyang. Nabi juga disebut sebagai pembawa bencana yang merusak kebesaran dan keutuhan keluarga. dst, dst.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO