Hasil Panen Jagung dengan Pupuk Petro Hi-Corn di Wotan Panceng Melimpah

Hasil Panen Jagung dengan Pupuk Petro Hi-Corn di Wotan Panceng Melimpah Panen raya jagung dengan pupuk Petro Hi-Corn dan NPK Plus di Desa Wotan, Panceng. foto: SYUHUD/ BANGSAONLINE

GRESIK, BANGSAONLINE.com - PT Petrokimia Gresik (PG) melakukan panen raya jagung di Desa Wotan, Kecamatan Panceng, Kabupaten Gresik, Selasa (16/5/2017).

Dalam demonstration plot (demplot) jagung ini, diperkirakan hasil panen mencapai 8,3 ton pipilan kering per hektar di lahan seluas 3.000 m3 atau meningkat sekitar dua kali lipat jika dibandingkan dengan panen kebiasaan petani setempat yang hanya 4-5 ton pipilan kering per hektar.

Sekretaris Perusahan PG, Wahyudi menyatakan, bahwa panen raya merupakan bentuk dukungan PG terhadap upaya peningkatan produktivitas jagung nasional. Karena jagung merupakan salah satu komoditas strategis setelah beras.

Jagung dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan industri pangan (food), pakan ternak (feed), dan bioetanol (fuel).

Oleh karena itu, lanjut Wahyudi, PG sebagai anak usaha PT Pupuk Indonesia (Persero) turut mendukung upaya pemerintah dalam mendorong produktivitas jagung, baik dari segi kuantitas, kualitas, maupun kontinuitas, melalui penyediaan benih unggul, pupuk, dan pengolahan tanah.

“Adapun benih yang kami sarankan adalah Petro Hi-Corn dengan pola pemupukan berimbang 5-3-3 untuk tanaman jagung, yaitu 500 kg pupuk organik Petroganik, 300 kg NPK Phonska Plus, dan 300 kg pupuk ZA per hektar lahan,” ujar Wahyudi.

Wahyudi menjelaskan, Petro Hi-Corn merupakan benih jagung unggulan varietas BIMA 14 BATARA hasil kerjasama PG dengan Balai Penelitian Tanaman Serealia Maros, Sulawesi Selatan, pada tahun 2013.

Produk ini pertama kali diluncurkan di Gresik pada tahun 2014 dan telah melewati serangkaian uji coba multi lokasi.

Adapun keunggulan Petro Hi-Corn di antaranya adalah memiliki potensi penghasilan yang tinggi (dengan kondisi ideal panen bisa mencapai 12 ton pipilan kering per hektar), tahan terhadap penyakit bulai, dan tahan terhadap kondisi pertanaman yang mengalami rebah.

“Keunggulan ini terbukti pada usia tanam ke-35 hari di mana tanaman jagung pada demplot ini sempat rebah karena tertiup angin kencang. Namun tanaman dapat berdiri kembali dan berproduksi secara optimal,” paparnya.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO