Ibu Harus Mengembangkan Pengasuhan Positif

Ibu Harus Mengembangkan Pengasuhan Positif

JAKARTA, BANGSAONLINE.com - Hari Ibu memang telah berlalu. Namun, sudahkah kaum hawa itu bisa menjadi "orang hebat" bagi anak-anaknya?‎

Memiliki Ibu hebat hampir dipastikan menjadi keinginan semua anak, namun menjadi Ibu hebat dewasa ini tidaklah mudah. Karena dihadapkan kompleksitas tantangan dan hambatan. Baik bersifat internal maupun eksternal. Setidaknya, terdapat 5 (lima) perilaku pengasuhan positif yang perlu dilakukan.

Wakil Ketua KPAI, Dr Susanto, MA, mengatakan pengasuhan positif tersebut di antaranya, mengembangkan kelekatan pada anak. Kualitas kelekatan anak dengan Ibu merupakan sumber emosional dan kognitif bagi anak.

"Selama ini orang seringkali menyamakan kelekatan dengan ketergantungan (dependency), padahal mengandung makna berbeda. Ketergantungan anak pada figur tertentu timbul karena tidak adanya rasa aman. Kelekatan adalah kepercayaan yang tumbuh yang dapat memberikan ketenangan. Kualitas kelekatan mempengaruhi konstruksi mental, performa pengendalian diri dan keterampilan sosial," katanya, Selasa (27/12/2016).

Yang kedua, lanjut dia, mengembangkan harmoni dan kasih sayang. Cinta yang tulus dari Ibu akan lebih efektif untuk mengarahkan, mendidik serta membuat anak lebih bertanggung jawab.

"Jika Ibu memberikan ketulusan tanpa syarat pada anaknya, maka anak akan tumbuh hormat, kontrol diri tinggi dan memiliki mekanisme filter perilaku yang kuat," tuturnya.

Yang tak terlupakan, internalisasi nilai karakter sejak dini. Setiap anak yang lahir di bumi, ditakdirkan berkarakter baik, perbedaan proses belajar sosial yang menjadikan satu sama lain berbeda perkembangan perilakunya.

"Maraknya anak menjadi pelaku kriminal, kejahatan seksual, pembunuhan, tidak semata-mata karena proses belajar sosial yang diperoleh di luarinstitusi keluarga, namun sebagai dampak dari pola asuh saat usia dini," terang Susanto yang asli Pacitan ini.

Menjadi model yang tepat untuk anak, juga menjadi hal terpenting. Seringkali perilaku agresif Ibu tanpa disadari telah menjadi model bagi anak dalam proses belajar sosialnya. Kemudian yang terakhir, mengembangkan literasi media pada anak. Tak dapat dipungkiri, “persahabatan” media dengan anak semakin erat. Saat media menampilkan muatan edukatif, maka stimulasi performansi kepribadian anak cukup positif.

"Sebaliknya, adanya tampilan di layar kaca yang sarat dengan kekerasan, begal, pelecehan seksual dan pembunuhan, maka perlu diimbangi kemampuan literasi media yang memadai. Literasi media merupakan 'ability to access, analize, evaluate and communicate the content of media messages'. Literasi media merupakan upaya menanamkan kemampuan anak untuk memahami, menganalisis dan menfilter pencitraan yang ada pada media," pungkasnya.

Sumber: Rilis KPAI

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO