Guratan Duka Santri Langitan: Kini Tak Ada Lagi Candamu dan Berbagi Sa Te Bersama

Guratan Duka Santri Langitan: Kini Tak Ada Lagi Candamu dan Berbagi Sa Te Bersama Proses evakuasi ketiga jasad santri yang berhasil ditemukan. foto: nurhadi/ bangsaonline

KEPERGIAN tujuh santri Ponpes Langitan, Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban, Jumat (7/10) kemarin masih terus menyisakan duka bagi semua pihak, khususnya para teman-teman korban dan seluruh santri Langitan. Melalui media sosial facebook, para santri langitan menulis cerita, kenangan dan pengalaman sebelum ditinggal para korban selamanya. Tujuh santri yang meninggal dunia adalah M. Muhsin (18) dari Surabaya, Afik Badil (18) dari Brebes, Arif Mabruri (19) dari Sumberejo, Bojonegoro, Khabib Rizki (15) dari Medan, Abdullah Umar (15), M Barikli Amri (12) dan Muhammad Lujainid Dani, ketiganya dari Gresik.

Ketujuh santri itu meninggal dunia saat menumpang perahu kayu di tambangan barat Ponpes Langitan. Para korban menyebrangi Sungai Bengawan Solo bersama 25 santri lainnya saat usai berbelanja dari pasar Babat, Lamongan. Nahas, sebelum sampai di tepi, perahu yang ditumpangi tenggelam. 18 santri selamat, sementara 7 meninggal dunia karena tenggelam. Adapun beberapa tulisan kenangan yang diunggah para teman-temannya di media sosial facebook antara lain.

- Di hari Jum'at agung, adik kami, kakak karib kami, kekasih kami, kebanggaan keluarga memenuhi panggilanMu. Tak ada lagi candanya ketika antri di kamar mandi. Tak kudapati lagi celotehmu serta gurauanmu.

- Yang mencairkan suasana setelah penat menghafal bait demi bait, nadhom ilmu alat kebanggaan pesantren kita.Tak kutemukan lagi indahnya mayoran berbagi SaTe (sambal terong) khas pondok bersamamu.

­- Malam Jum'at terakhirmu di Mushola Agung Langitan. Bersimponi orkestra lantunan maulid addhiba'i dan burdah. Jasadmu tertanam didasar bengawan Solo, akan tetapi ruh-mu tersenyum ditepi telaga Al-kautsar.

- Selamat jalan kekasihku, semesta pun melepasmu dengan air mata (hujan). Di mahligai Jannah, Ainul Mardhliyah menunggumu atas jihadmu sebagai penuntut ilmu.

- Biarlah kukenang engkau dilubuk hati yang paling dalam. Sebagai santri, namamu selalu harum dan abadi. (07 Oktober 2016).

- Lujainu Ad-dani dan Mimpinya.

- Santri langitan asal Peganden Manyar Gresik. Pagi sebelum kepergiannya, dia sempat berdialog dengan salah satu teman kami dari pengurus asrama A. "Dan.." panggil teman kami. "Sampean kenapa gak ikut pulang sama adek pean, (pulang di rumahnya Desa Peganden, Manyar, Gresik). ??". Dia hanya membalas dengan seulas senyum dan berujar lembut, gaya khas ketika dia bicara

- "Mboten cak, aku pulang nunggu imrithiku khatam disek," (saya pulang menunggu hafalan imrithiku selesai dulu,red)".

- Dan benar komitmen yang dia katakan sampai mengantarkannya pada mimpi panjangnya, dia sudah tenang di sana. Sore menjelang maghrib Sabtu kemarin, jasadnya ditemukan telah meninggal di Bengawan Solo.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO