Tradisi Tumpeng Sewu Digelar Usai Maghrib, Lima Bule dari Prancis Nikmati Pecel Pithik

Tradisi Tumpeng Sewu Digelar Usai Maghrib, Lima Bule dari Prancis Nikmati Pecel Pithik Asisten Administrasi Umum Sekda Banyuwangi, bersama lima wisatawan asal Prancis usai acara Tumpeng Sewu di Desa Kemiren Glagah Banyuwangi.

Dalam prosesi ini setiap warga kampung Using diwajibkan mengeluarkan minimal satu tumpeng yang diletakkan di depan rumahnya masing masing. Ritual ini dimulai setelah salat Maghrib berjamaah di masjid Nur Huda.

Sebelum ritual makan Tumpeng Sewu dimulai, warga kampung Using diajak berdoa terlebih dahulu, agar warga kampong adat Using Kemiren dijauhkan dari segala bencana dan sumber penyakit. “Sebab, ritual ini diyakini merupakan selamatan tolak bala. karena itulah warga adat Using menjaga tradisi itu hingga turun menuru,” papar Suhaimi.

Usai salat berjamaah, maka penerangan seluruh desa yang ada di kampung Using dimatikan semua (agar suasana kampung seperti jaman dulu). Setelah itu dilanjutkan penyalaan oncor ajug ajug(obor bambu berkaki empat) sebagai penerang jalan desa.

Uniknya, api pertama penyalaan obor ritual ini diambil dari api biru (Blue Fire) dari gunung Ijen. Setelah obor dihidupkan, seluruh masyarakat adat Using akan menjalankan tradisi makan Tumpeng Sewu di depan rumah masing-masing. Dimakan bersama-sama sanak keluarga, tetangga atupun pengunjung yang datang di acara Tumpeng Sewu ini.

“Selesai makan Tumpeng Sewu, ritual ini akan ditutup dengan pembacaan lontar macapat Yusuf di balai desa Kemiren, dan pendopo barong Kemiren,” tambah Suhaimi.

Kegiatan ritual di kampung Using, Kemiren Glagah ini ternyata menarik minat wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Di antaranya sebanyak lima warga Bule asal Prancis datang langsung untuk mengikuti prosesi ritual adat Using .Tampak kelima wisatawan asing itu sangat menikmati suguhan pecel phitik yang disediakan dalam acara ritual Tumpeng Sewu. 

Pelaksana tugas Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Yanuar Bramuda mengatakan pihaknya terus berupaya mengangkat tradisi lokal , seperti tumpeng sewu. Menurut dia, tradisi menjadi salah satu daya tarik wisata yang banyak diminati wisatawan. Saat ini banyak travel yang membuat paket-paket wisata yang memasukkan atraksi budaya sebagai salah satu destinasinya. 

“Kekhasan semacam ini banyak diminati wisatawan. Kami akan terus mendorong bentuk-bentuk wisata ini karena wisata tradisi ini juga bisa memperpanjang lama tinggal wisatawan di . Mereka yang setelah dari Gunung Ijen, bisa menikmati dulu tradisi Kemiren," kata Bramuda.

Selain itu, lanjut dia, nilai-nilai yang dimiliki warga yang egaliter dan terbuka juga menopang dalam membidik segmentasi pariwisata syariah. Pariwisata saat ini masih didominasi wisatawan asing dari Eropa seperti Perancis dan Belanda. 

"Tradisi semacam tumpeng sewu ini akan memperluas segmentasi kami ke pasar Timur Tengah dan Asia. Karena karakter wisatawan dinkawasan tersebut menyenangi tradisi swmacam ini. Kami juga sudah ada pembicaraan dengan agen travel dari Malaysia. Mereka tertarik untuk membuat paket wisata yang direct langsung dari Malaysia ke . Semuanya sedang kita siapkan," ujar Bramuda.

Sampai saat ini wisatawan sendiri terus meningkat. Pada 2015 wisatawan mancanegara mencapai 40 ribu, dan wisatwan domestik sejumlah 1,8 juta orang. "Target kami tahun 2016 ini wisman tembus 50 ribu, dan domestik 2,5 juta orang. Saat bulan ini sudah 2,1 jta wisatawan yang melancong ke ," pungkas Bramuda. (ganda siswanto/abdurrahman ubaidah)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Cuaca Kurang Bersahabat, Pelabuhan Ketapang-Gilimanuk Ditutup':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO