Tafsir Al-Nahl 89: Zaman Fatrah, Adakah?

Tafsir Al-Nahl 89: Zaman Fatrah, Adakah? ilustrasi

Oleh: Dr. KHA Musta'in Syafi'ie MAg. . .   

BANGSAONLINE.com - "Wayawma nab’atsu fii kulli ummatin syahiidan ‘alayhim min anfusihim waji/naa bika syahiidan ‘alaa haaulaa-i wanazzalnaa ‘alayka alkitaaba tibyaanan likulli syay-in wahudan warahmatan wabusyraa lilmuslimiina."

Ayat sebelumnya bertutur tentang pertengkaran antara panutan dan pengikut di hari kiamat. Dikatakan, bahwa para pengikut menggugat panutannya agar bertanggungjawab atas apa yang mereka ajarkan semasa di dunia. Panutan yang notabenenya sebagai Tuhan gadungan itu, seperti berhala dan sebangsanya itu lepas tangan karena memang bukan Tuhan. Mereka tidak berdaya di hadapan Tuhan sejatinya, yaitu Allah SWT. Jangankan menolong orang lain, menyelamatkan dirinya sendiri saja tidak bisa. Itu nyata, pasti dan bisa dibuktikan sejak di dunia.

Raja Fir'aun misalnya, seorang penguasa Mesir, Ramsis dua ini sangat sakti hingga tidak pernah jatuh sakit sama sekali. Dia mengaku Tuhan tertinggi. Nyatanya tidak berdaya apa-apa saat tenggelam di laut Merah. Andai nabi Isa anak Maryam itu dianggap Tuhan, pertanyaannya, apakah dia menguasai diri sendiri?. Sebodoh-bodoh akal manusia pasti mengatakan tidak.

Isa atau Yesus itu anak manusia yang lahir saja tidak bisa lahir sendiri, masih pakai media ibunya. Makan disuapi, karena bayi, ngompol pun tak bisa ganti popok sendiri, apalagi buang air besar. Mana ada Tuhan ngompol.

Ia manusia yang diutus menjadi Nabi dan berdakwah agar umat manusia menyembah Allah SWT saja dan tidak menyekutukan dengan yang lain. Dakwahnya itu ditentang oleh kaum Yahudi durhaka dan Yesus digerebek hendak dibunuh. Keadaan terjepit, tapi Tuhan menyelamatkan dan mengangkatnya ke langit. Itu bukti, bahwa Yesus manusia yang tidak bisa menyelamatkan diri sendiri. Mana ada Tuhan apes.

Ayat studi ini, setidaknya bicara dua hal pokok. Pertama, adanya "syahid", nabi kecil, juru dakwah setempat pada setiap kaum sepanjang masa (wa yawm nab'ats min kull ummah syahida). Kedua, al-Qur'an itu menjelaskan segala hal (tibyana likull syai').

Dalam teologi ada bahasan tentang umat manusia yang hidup di zaman fatrah (masa vakum kenabian), di mana tidak ada lagi nabi yang diutus saat itu. Contohnya masa antara pasca nabi Isa A.S. hingga diutusnya nabi Muhammad SAW. Masa fakum kenabian sekitar lima abad ini dirasa cukup lama hingga umat manusia bisa saja tidak mengenal ajaran agama, tidak pernah mendengar keimanan yang benar, tidak ada juru dakwah di kampungnya sehingga perilakunya berjalan sejadi-jadinya, bahkan menyimpang. di sini ada dua persoalan:

Pertama, benarkah masa fatrah itu ada?, dan kedua, jika ada, maka bagaimana penilaian amal mereka? Apakah amal perbuatan mereka bebas tanpa jurnal atau tetap dinilai?.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO