Pedagang Nasi Boran Lamongan Perlu Lokasi Jualan Strategis

Pedagang Nasi Boran Lamongan Perlu Lokasi Jualan Strategis Salah satu pedagang nasi boran di depan Lamongan Plasa. foto: pesonajawatimur

LAMONGAN, BANGSAONLINE.com - Banyaknya penjual nasi boranan yang tercecer di berbagai sudut jalan di kota terkesan makanan tersebut tidak memperhatikan sisi kebersihannya. Sebab, makanan itu ditata terbuka tepat di pinggir jalan raya di mana tiap detik kendaraan lalu lalang lewat dengan asap dan debu yang bisa langsung menempel di makakan yang dijajakan.

Pantauan BANGSAONLINE, jumlah pedagang nasi boranan di mencapai ratusan. Mereka asli warga dan mayoritas dari Dusun Kaotan Desa Sumberjo dan Lingkungan Karang Mulyo Kelurahan Sukomulyo.

Mereka secara turun temurun membuat dan menjajakan nasi boranan. Dalam pemasarannya lebih banyak memilih dipinggir jalan (lesehan). Seperti di trotoar Jalan Panglima Sudirman, tepatnya depan Plasa berjajar. Di sana berjajar puluhan pedagang nasi boranan.

Pemerintah Kabupaten melalui Diskopindag sebenarnya sudah berupaya melokalisir di tempat tersendiri di komplek Plasa, namun karena cukup banyaknya pedagang makanan tersebut, kini yang menempati hanya beberapa orang saja. Lainnya menyebar lesehan dipinggir jalan.

Permasalahannya kini perlu tempat yang permanen dan strategis untuk menjajakan makanan ini sehingga mudah disinggahi para pelangganya dan tentunya tidak terpapar debu dan asap kendaraan. “Saya mengamati jualan nasi boranan yang lesehan itu memang juga laku. Tetapi, maaf bila dari keluarga yang tahu kesehatan, mungkin akan pikir -pikir untuk beli, lain bila tempatnya ya seperti warung yang sekalipun sederhana tetapi bersih dan sehat,” ujar Alimun salah satu penikmat kuliner, Selasa (23/2). 

Dikatakannya, sebenarnya bila mereka dilokalisir dengan tempat yang permanen, misalnya warung sesuai dengan kelompoknya, misalnya yang biasa mangkal di pertigaan Rangge diberi tempat dekat di situ. Demikian pula di sekitar Plaza, bisa ditata ulang karena masih ada tempat di sebelah barat fried chicken secara berjajar.

Hal senada juga disampaikan Santoso usahawan asli yang sukses di Surabaya. Ia menyukai nasi boranan makanan asli . Hanya saja tempatnya yang di pinggir jalan, membuat keadaannya terbuka sehingga bila mau beli menjadi khawatir kurang bersih dan bisa menyebabkan penyakit.

“Saya itu paling hobi nasi boranan, tetapi kalau mau beli kemudian lihat tempatnya terbuka, jadi ragu-ragu. Jangan-jangan nanti bisa sakit perut,” ungkapnya.

Surti, salah satu pedagang nasi boranan dari Karangmulyo mengatakan, para pedagang memang mencari tempat yang strategis dan mudah dijangkau pembeli. Demikian pula cara penjualannya, ada yang gantian tempat. "Misalnya saya jam 3 sore sampai 7 malam, maka selanjutnya di tempat yang sama gantian teman pedagang nasi boranan lainnya.

“Sebetulnya bila dibuatkan tempat khusus bagi kami pedagang nasi boranan, ya sangat berterima kasih. Hanya saja mohon tempat yang strategis, sehingga pembeli mudah menjangkau,” harapnya. (qom/rev)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Mulai dari 10 Ribu, Warung Omahe Dewe di Kediri Sediakan Masakan Khas Pedesaan':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO