Bibit kopi ekselsa yang ditanam di dataran miring Desa Kalisari, Kecamatan Banyuglugur, Situbondo.
SITUBONDO, BANGSAONLINE.com - Musim penghujan yang datang lebih awal di Situbondo membawa dampak ekonomi serius bagi warga Desa Kalisari, Kecamatan Banyuglugur. Lahan pertanian yang tidak bisa digarap membuat banyak warga terpaksa berutang kepada rentenir dengan bunga mencapai 50 persen.
“Mereka berhenti kerja karena tanah celleng (hitam). Itu istilah kami untuk tanah pegunungan yang tidak bisa diolah,” kata Sumyadi, salah satu petani setempat kepada BANGSAONLINE.com, Senin (8/12/2026).
Dijelaskan olehnya, sebagian besar warga Kalisari menggantungkan hidup dari sektor pertanian dan peternakan, sementara sebagian kecil bekerja di PLTU.
Namun, memasuki masa paceklik, banyak warga menganggur dan terpaksa meminjam uang untuk kebutuhan sehari-hari atau modal menanam jagung.
“Bunganya sangat tinggi, mencapai 50 persen selama masa panen,” ucap Sumyadi.
Kesulitan ekonomi disebut membuat sejumlah pria desa memilih merantau ke luar daerah, seperti Bali dan Kalimantan, demi mencari nafkah. Warga pun berharap pemerintah desa maupun pemerintah kabupaten segera turun tangan.
“Kami berharap ada pinjaman dengan bunga ringan agar warga tidak lagi terjerat rentenir yang bunganya tidak masuk akal,” kata Sumyadi.
Menanggapi kondisi tersebut, anggota DPRD Situbondo, Junaidi, menyatakan telah menginisiasi solusi berupa penanaman kopi ekselsa. Kopi jenis ini dinilai cocok untuk dataran rendah dan lahan miring, sehingga bisa menjadi alternatif mata pencaharian warga.
“Saat ini sudah ditanam 5.000 bibit kopi. Insyaallah, tahun depan disiapkan 100 ribu bibit kopi,” tuturnya. (sbi/mar)












