
GRESIK, BANGSAONLINE.com - Hidup sehat menjadi dambaan setiap orang. Namun, tidak semua orang beruntung memiliki kondisi tubuh yang selalu prima. Di tengah keterbatasan itu, Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) hadir memberi harapan besar bagi masyarakat yang membutuhkan kepastian layanan kesehatan.
Hal itu dirasakan Rofiqul Jamil (39), warga asal Gresik, yang sejak beberapa tahun lalu harus rutin menjalani perawatan akibat penyakit ginjal yang dideritanya.
Siapa yang menyangka jika pria yang harus membanting tulang mencari nafkah dengan berkeliling menjajakan dagangannya ini harus menjalani pengobatan rutin dengan biaya mencapai ratusan juta rupiah.
Terhitung sejak 2022, Jamil didiagnosis mengidap penyakit ginjal polikistik. Ganguan kesehatan ini bermula dari genetik yang menyebabkan pembentukan kista di ginjal.
"Awalnya, pinggang terasa sakit sampai tidak bisa tidur sampai pagi. Keesokan harinya periksa ke puskesmas. Karena kondisi sudah parah, akhirnya dirujuk ke rumah sakit. Setelah menjalani pemeriksaan, ternyata harus cuci darah. Saat mendengar hal tersebut, saya langsung berpikir tidak mungkin mampu, karena biayanya pasti tidak murah," tutur Jamil, Rabu (20/8/2025).
Dengan kondisi tubuh yang semakin lemah membuatnya tidak bisa lagi bekerja seperti dulu. Di sisi lain, kebutuhan biaya pengobatan cukup besar, sehingga menjadi beban berat bagi keluarga.
"Kalau tidak ada JKN, saya tidak tahu bagaimana nasib saya. Semua biaya pengobatan ditanggung, mulai dari rawat inap, pemeriksaan, sampai obat-obatan. Rasanya seperti dapat harapan baru," ungkap Jamil saat ditemui di rumah sakit Hemodialisa RSUD Ibnu Sina.
Dia menceritakan, cuci darah perlu dilakukan untuk menyaring limbah dan kelebihan cairan dalam tubuh, menggantikan fungsi ginjal yang sudah tidak sehat. Biayanya tidak murah, sekali tindakan bisa mencapai Rp800 ribu hingga Rp1 juta dan harus dilakukan rutin.
"Saya harus cuci darah seminggu dua kali, berarti sebulan delapan kali. Sudah tiga tahun saya jalani, kalau dihitung biayanya pasti ratusan juta rupiah. Sedangkan saya hanya pedagang es dengan penghasilan tidak menentu, jelas tidak mungkin saya sanggup membiayai sendiri," ungkap Jamil.
Meski begitu, Jamil merasa sangat terbantu dengan adanya BPJS Kesehatan. Ia juga memuji pelayanan yang diterima selama menjalani terapi.
"Selama perawatan di sini, administrasinya mudah dan pelayanannya sama rata. Tidak ada bedanya pasien BPJS dengan pasien umum. Semua ramah, seperti keluarga sendiri. Itu membuat saya lebih semangat menjalani pengobatan," ucapnya.
Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) juga dirasakan Muhammad Abdul Wahid (48), warga Kecamatan Ujungpangkah, Gresik. Sama seperti Jamil, ia harus menjalani cuci darah rutin dua kali seminggu.
"Sejak 2022 saya sering merasa haus, cepat lelah, dan makanan tidak bisa sembarangan. Setelah diperiksa, saya didiagnosa diabetes dengan tekanan darah sangat tinggi sampai tidak bisa berjalan. Untuk itulah saya harus cuci darah rutin," cerita Wahid.
Ia mengaku tidak bisa membayangkan bagaimana jika tidak ada Program JKN, terlebih kondisinya kini sudah tidak memungkinkan lagi untuk bekerja.
"Kalau biaya cuci darah harus ditanggung sendiri, jelas saya tidak akan sanggup. Beruntung ada BPJS Kesehatan. Pelayanannya sangat baik, fasilitas di RSUD Ibnu Sina juga nyaman. Bahkan para petugas sering mengajak bercanda supaya kami yang sedang cuci darah tidak merasa jenuh. Saya benar-benar berterima kasih, sampai bingung bagaimana membalas kebaikan mereka," ungkapnya. (*)