
KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diselenggarakan BPJS Kesehatan terus memberi dampak positif bagi masyarakat. Hal ini seperti yang disampaikan Agung Suprayitno (44), warga Ngancar, Kabupaten Kediri, salah satu peserta Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU)
Agung yang sehari-hari bekerja sebagai petani kebun mengaku sangat penting menjadi peserta JKN. Bukan hanya tentang menjaga diri, tapi juga menjadi bentuk kontribusi nyata dalam semangat gotong royong untuk membantu sesama.
“Motivasi saya ikut JKN sejak awal adalah karena saya percaya pada konsep saling membantu. Ketika saya sehat dan membayar iuran, saya merasa sedang membantu orang lain yang sedang membutuhkan layanan kesehatan. Ketika saya sakit, bisa mendapatkan perlindungan yang sama,” ungkap Agung, Kamis (31/7/2025).
Agung menceritakan, ia sempat harus menjalani operasi pada bulan lalu. Ia tersengat hewan yang mengakibatkan benjolan di area sekitar telinga dan mengharuskan untuk menjalani operasi.
“Awalnya saya berobat di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dulu, totalnya sampai empat kali. Pertama hanya dikasih obat, kunjungan kedua hingga keempat ada tindakan, cairan di benjolan itu diambil. Tapi pas sampai di rumah, benjolannya muncul lagi,” ujarnya.
Karena kondisinya tidak kunjung membaik, akhirnya Agung diberi rujukan ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut.
Setelah menjalani pemeriksaan oleh dokter spesialis bedah, Agung dinyatakan harus menjalani operasi. Seluruh proses ia jalani sesuai prosedur layanan JKN, dari faskes pertama hingga ke rumah sakit rujukan.
“Karena berobat di FKTP tidak ada perkembangan, akhirnya dokter memberikan rujukan ke rumah sakit. Masuk ke poli bedah, sama dokter dicek kondisinya. Ternyata langsung dijadwalkan operasi,” ucapnya.
Agung mengaku memahami pentingnya mengikuti prosedur dalam penggunaan layanan JKN. Ia pun menyayangkan masih banyak masyarakat yang belum mengetahui alur yang benar dalam memanfaatkan program ini.
“Kalau kita langsung ke rumah sakit tanpa rujukan, itu sudah tidak sesuai prosedur. Banyak masyarakat yang salah paham, langsung datang ke rumah sakit, lalu bilang tidak dijamin BPJS Kesehatan. Padahal sebenarnya karena mereka tidak mengikuti prosedurnya,” jelas Agung.
Meskipun baru pertama kali memanfaatkan layanan JKN untuk berobat, Agung bersyukur karena sejak awal rutin membayar iuran, meskipun tidak langsung merasakan manfaatnya. Agung mengakui bahwa manfaat program JKN benar-benar terasa, apalagi ketika menghadapi kondisi kesehatan yang membutuhkan tindakan medis besar seperti operasi. Ia merasa sangat terbantu, terutama dari sisi pembiayaan yang seharusnya cukup besar jika ditanggung sendiri.
“Menurut saya, ini sangat meringankan beban. Kondisi kita kan tidak menentu, kadang pas sehat dan ekonomi longgar, kita suka meremehkan. Tapi pas sakit, apalagi sampai butuh operasi, biaya bisa tinggi. Apalagi dalam keadaan sedang pas-pasan, jelas berat. Makanya penting untuk antisipasi dari jauh-jauh hari,” jelasnya.
Agung berharap semakin banyak masyarakat yang menyadari pentingnya menjaga keberlanjutan JKN dengan tetap rutin membayar iuran dan mengikuti prosedur yang berlaku. Bagi dirinya, menjadi peserta JKN bukan hanya bentuk perlindungan pribadi, tapi juga bagian dari gotong royong untuk saling membantu sesama.
“Harapannya semakin banyak masyarakat menggunakan JKN karena bisa dijadikan sebagai proteksi diri. Jika sakit kita dapat langsung menggunakan untuk berobat. Apalagi terdapat subsidi silang, dimana yang sehat membantu yang sakit. Iuran yang kita bayarkan tiap bulan bisa untuk membantu peserta JKN lain yang lebih membutuhkan,” tutup Agung. (uji/msn)