Cuaca Basah Tekan Harga Tembakau di Kabupaten Probolinggo

Cuaca Basah Tekan Harga Tembakau di Kabupaten Probolinggo Ketua DPC HKTI Kabupaten Probolinggo, Agus Salehuddin, saat meninjau tanaman di Kecamatan Gading. Foto: ANDI SIRAJUDIN/BANGSAONLINE

PROBOLINGGO, BANGSAONLINE.com - Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Probolinggo memprediksi harga tembakau akan mengalami penurunan signifikan tahun ini. Evaluasi HKTI mengacu pada curah hujan yang masih tinggi di berbagai wilayah hingga akhir Juli 2025.

Ketua DPC HKTI Kabupaten Probolinggo, Agus Salehuddin, menyampaikan bahwa sejumlah pabrikan belum membuka pembelian tembakau, namun kualitas daun dan aroma dipastikan menurun akibat hujan yang terus mengguyur lahan pertanian.

“Indikator penurunan harga tembakau disebabkan karena curah hujan yang masih terjadi hingga memasuki masa panen. Sehingga, kualitas daun dan aroma tembakau menjadi jelek. Itu berpengaruh sekali,” ujarnya usai melakukan sidak dan koordinasi dengan pengurus HKTI, Senin (28/7/2025).

Ia juga menyebut prediksi harga bersifat spekulatif, tergantung kondisi cuaca hingga panen tiba.

“Ini sifatnya hanya spekulatif saja. Kemungkinan, harga masih bisa naik di angka Rp60.000 jika cuaca panas kembali menjelang panen. Faktor cuaca menjadi penentu harga dan kualitas tembakau,” cetusnya.

Sementara itu, para petani mulai melakukan panen dini akibat hujan yang menyebabkan tanaman layu, kerdil, dan menguning. Abdul Rasyid, petani asal Desa Wangkal, Kecamatan Gading, menyatakan tembakau yang ditanam pada akhir Juni sudah dipanen lebih awal untuk menghindari kerugian.

“Tanaman tembakau saya menguning dan kerdil. Terpaksa saya panen dini, kalau tidak dipanen daunnya akan kering. Sudah bisa ditebak, pasti rugi jika tak dipanen, mas,” akunya.

Meski lahan telah diolah dengan sistem juring seperti bawang merah dan disemprot fungisida, hasil panen tetap tidak optimal karena hujan terus turun.

“Karakter tembakau itu tumbuh bagus jika lahan kering. Kami sudah semprot, tanah sudah digemburkan, tapi hasil tetap tidak baik akibat cuaca hujan,” kata Abdul.

Harga tembakau rajang ikut terdampak. Salah satu petani dari Desa Kertosono, Abdul Halim, mencatat tembakau rajangannya hanya laku Rp38-43 ribu per kg. Padahal, pada tahun lalu harga petikan pertama mencapai Rp50 ribu dan bisa tembus hingga Rp75 ribu untuk petikan daun atas.

“Harga tembakau itu bervariasi, tergantung petikannya. Ini baru daun bawah. Nanti daun ke atasnya akan lebih mahal. Tahun ini kualitas menurun dan kami para petani sudah ikhlas dan bersyukur, yang penting sehat dan selamat,” paparnya. (ndi/mar)