KOTA BATU, BANGSAONLINE.com - Mengakhiri Diklat kader Adiwiyata SMAN 2 Batu yang telah berlangsung sejak 24-26 September 2024, panitia memberikan bekal keterampilan berupa praktik pembuatan eco enzyme, Kamis (26/9/2024).
Kegiatan pembuatan eco enzim dipandu langsung Ketua Relawan Eco Enzyme Kota Batu, Gung Endah Tuti Rahayu. Sementara, jumlah kader Adiwiyata yang terlibat sebanyak 123 siswa yang berasal dari kelas X, XI, dan kelas XII.
Baca Juga: Wujudkan Sekolah Berwawasan Lingkungan, SMAN 2 Batu Gelar Diklat Kader Adiwiyata
Sebelum melakukan praktik pembuatan eco enzyme, Gung Endah Tuti Rahayu memberikan materi seputar eco enzyme kepada peserta. Menurut dia, eco enzyme merupakan larutan multifungsi hasil fermentasi kulit buah, dan sayuran mentah dengan masa fermentasi selama 3 bulan.
Dijelaskan, eco enzyme dapat dibuat dengan mudah menggunakan peralatan seadanya. Namun, hasil yang diperoleh luar biasa.
Eco enzyme bisa dimanfaatkan sebagai katalis, bisa memecah lemak dan protein. Selain itu bisa menjadi alternatif pengganti produk kimia sintetis, jadi agen pembersih diri dan lingkungan. Seperti untuk keramas, pembersih wajah, menangkap sel kulit mati, menghilangkan bau ketiak, telapak kaki pecah-pecah. Bahkan untuk menyuburkan tanaman.
Baca Juga: Wujud Nyata Pesta Demokrasi di Sekolah, SMAN 2 Batu Gelar Pilketos
"Yang terpenting pengolahan limbah organik menjadi eco enzyme bisa mengurangi beban TPA. Sebab sampah yang dibuang ke TPA 60 persen adalah sampah organik," ujarnya.
Diungkapkan, relawan Eco Enzyme Kota Batu sudah bekerjasama dengan Dinas Lingkungan Hidup Kota Batu dengan menyemprotkan Eco Enzyme di TPA Tlekung, Junrejo selama 1,5 tahun. Alhasil, bau sampah di TPA setempat bisa diminimalisir.
Dijelaskan, bahan organik yang dapat dibuat menjadi eco enzim ialah bekas sayuran dan buah. Mulai dari kulit hingga buahnya. Namun tidak boleh menggunakan buah yang berlemak seperti durian, kelapa, dan daging alpukat.
Baca Juga: Siswi Wtama Club Kids Malang ini Dilirik Banyak Desainer
Untuk membuatnya, diperlukan wadah yang kedap udara. Misalnya menggunakan galon bekas air. Perbandingan dengan bahan lainnya ialah 1:3:10. Misalnya 1 kilo gula, 3 kilo buah dan sayur dan 10 liter air. Untuk gula bisa menggunakan molase (gula tetes), bukan gula pasir agar lebih ekonomis.
"Ini sudah rumus. Satu bagian gula, tiga bagian kulit buah dan sayur, sepuluh bagian air. Tidak boleh tertukar," ungkap Gung Endah.
Dalam praktik membuat eco enzyme, peserta menyiapkan 2,7 Kg buah dan sayur, 9 ons molase, dan menyiapkan 9 liter air yang dimasukkan ke galon.
Baca Juga: Kunjungi SDN 02 Songgokerto, Pj Wali Kota Batu Minta Revitalisasi Bangunan Sekolah
Selanjutnya, buah dan sayur di potong kecil-kecil dan ditimbang. Setelah itu, molase dicampur dengan 2 liter air. Setelah tercampur, larutan dimasukkan ke galon yang sudah berisi 7 liter air.
Galon yang sudah berisi larutan ditutup setengah rapat agar gas bisa keluar. Sampai dua minggu pertama, eco enzim harus di cek berkala. Sebab menimbulkan gas sehingga perlu dibuka tutup. Kemudian setelah itu ditutup rapat sampai tiga bulan.
Setelah saatnya, Eco enzyme panen memiliki warna kecoklatan dan memiliki aroma asam manis. (asa/mar)
Baca Juga: SMAN 2 Batu Raih Penghargaan Sekolah Adiwiyata Tingkat Provinsi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News