Efek Hawa Panas di Proyek Migas Blok Cepu Bojonegoro, Tanaman Padi Petani Mati

Efek Hawa Panas di Proyek Migas Blok Cepu Bojonegoro, Tanaman Padi Petani Mati TIDAK SUBUR. Hamparan tanaman padi di sekitar lokasi pembakaran gas suar (flarring) Banyu Urip Blok Cepu tidak subur. Bahkan efek hawa panas, padi menguning dan mati. Foto: Eky Nurhadi/BANGSAONLINE

BOJONEGORO, BANGSAONLINE.com – Aktivitas pembakaran gas suar (flaring) di tapak sumur (well pad) B, Lapangan minyak dan gas bumi (migas) Banyu Urip Blok Cepu, dengan volume gas sebesar 23 million standart cubic feed for day (MMSCFD) dikeluhkan para petani di sekitarnya. Sebab, sejak ada kegiatan pembakaran gas suar itu, tanaman padi mereka layu dan mengering hingga mati.

Salah satunya milik petani di RT 4 RW 02, Dukuh Ledok, Desa Mojodelik, Kecamatan Gayam, Bojonegoro, Ngasipan (72). Sawah miliknya yang ditanami padi itu hanya berjarak sekitar 200 meter dari lokasi pembakaran gas suar di dalam lokasi lapangan Banyu Urip Blok Cepu.

“Ya, sejak ada pembakaran obor itu (gas suar, red) tanaman padi tampak layu, mengering dan lama-lama mati. Tanaman padi terancam tidak panen,” keluhnya, Selasa (2/6/2015).

Ia menuturkan, tanaman padi di sekitar ladang migas Banyu Urip Blok Cepu itu baru berumur sebulan. Namun, kondisi tanaman padi itu tidak bisa tumbuh dengan baik. Tanah sawah mulai merekah dan padi tak kunjung tumbuh tinggi.

“Sebelumnya pada musim tanam kedua tidak sampai tanaman padi layu dan mengering seperti itu. Mungkin karena terpapar hawa panas dari kegiatan pembakaran di lokasi minyak itu mengakibatkan tanaman padi mengering dan mati,” ujarnya.

Ia mengungkapkan, jika pihak perusahaan Exxon Mobil Cepu Limited (EMCL) selaku pengelola lapangan migas Banyu Urip Blok Cepu berjanji akan memberi bantuan ganti rugi bagi warga yang tinggal di sekitar lokasi pembakaran gas suar tersebut. Namun, bantuan itu berupa beras sebanyak 10 kilogram per bulan.

“Kalau cuma beras 10 kilogram setiap bulan, tidak sebanding dengan derita yang kami alami,” tuturnya.

Sedangkan petani lainnya, Tarmuji (56), warga Dukuh Ledok, Desa Mojodelik, juga mengatakan hal serupa. Tanaman padi di persawahan terlihat mengering dan layu. Padahal, kata dia, saat musim tanam kedua tanaman padi biasanya bisa tumbuh dengan baik karena ada pengairan dari Kaligandong.

“Baru kali ini tanaman padi layu, mengering, dan lama-lama mati. Sebabnya ya karena ada hawa panas dari kegiatan pembakaran gas suar di lokasi proyek migas Blok Cepu itu. Kami juga sudah tidak kuat rasanya tinggal disini (dekat lokasi,red),” tegasnya. (nur/rvl)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO