Minta Jangan Ada Sindikat Vaksinasi, Ini Cara Kiai Asep Pagari 12.000 Santri Lewat Obat Tradisional

Minta Jangan Ada Sindikat Vaksinasi, Ini Cara Kiai Asep Pagari 12.000 Santri Lewat Obat Tradisional Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, M.A. saat memberikana taushiyah kepada para kiai peserta salat malam dan istighatsah di lantai atas rumah Ning Imah, salah satu putri Kiai Asep, di lingkungan Pondok Pesantren Amanatul Ummah Jalan Siwalankerto Utara Surabaya, Kamis (24/6/2021) malam. foto: mma/ bangsaonline.com

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Melonjaknya serangan baru – terutama beberapa varian baru – yang cukup ganas dan drastis membuat pemerintah tampak kewalahan menangani pandemik yang tak kunjung berakhir itu. Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, M.A., yang punya kepedulian tinggi terhadap masyarakat bawah dan ketimpangan sosial, mengumpulkan para kiai, habaib, dan tokoh masyarakat untuk melakukan salat malam, istighatsah, dan doa bersama. Tujuannya membantu pemerintah agar wabah dan varian-varian baru yang kini makin banyak segera dilenyapkan oleh Allah SWT.

“Kita berdoa dan salat malam agar dan varian baru yang sekarang menimpa rakyat Indonesia, terutama warga Surabaya dan Jawa Timur segera dilenyapkan oleh Allah SWT,” tegas Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, M.A. saat memberikan taushiyah di depan para kiai peserta salat malam dan istighatsah di lantai atas rumah Ning Imah, salah satu putri Kiai Asep, di lingkungan Pondok Pesantren Amanatul Ummah Jalan Siwalankerto Utara Surabaya, Kamis (24/6/2021) malam.

“Kita pilih malam Jumat karena lailatul istijabah (malam dikabulkannya doa),” tambah pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto itu itu sembari mengatakan bahwa acara salat malam dan istighatsah itu digelar tiap bulan untuk merespons perkembangan sosial di tanah air.

Ia mendukung vaksinasi, asal bukan AstraZeneca. "Vaksinasi yang lain silakan. Asal bukan AstraZeneca karena mengandung tripsin babi dan ginjal bayi manusia yang diaborsi," katanya.

Meski demikian, Kiai Asep minta agar pemerintah dalam menangani dan variannya tidak hanya berorientasi dan mengandalkan pada vaksinasi, tapi juga menghargai pengobatan tradisional, terutama resep dan produk lokal serta kreativitas anak bangsa yang banyak bermunculan belakangan ini tapi belum mendapat respons pemerintah.

Ia menyebut contoh empon-empon atau rempah-empah yang selama ini menjadi kekayaan bangsa, mulai dari para leluhur kita secara turun temurun dan terus jadi andalan pengobatan bangsa Indonesia.

Menurut dia, berbagai produk dan resep pengobatan tradisional dan lokal itu selain kekayaan bangsa Indonesia juga cukup efektif mengobati . “Jangan sampai terkesan ada sehingga pemerintah tidak menghargai karya dan kreativitas anak bangsa. Sekarang kecurigaan itu kan sudah muncul tengah masyarakat,” kata kiai miliarder tapi dermawan itu sembari minta menteri kesehatan yang punya wewenang segera merespons usulan ini.

Kiai Asep menunjuk beberapa temuan baru yang sudah melalui proses uji klinis yang menurut dia sangat ampuh dan efektif mencegah dan menyembuhkan .

Kiai Asep juga mengungkap cara memagari para santrinya dari serangan . “Saya punya 12.000 santri yang selama ini selalu belajar tatap muka tapi alhamdulillah sampai sekarang tak ada yang kena . Karena begitu ada yang batuk-batuk langsung saya tangani satu per satu,” tutur putra KH Abdul Chalim, ulama asal Leuwimunding Majalengka Jawa Barat yang dikenal sebagai pendiri NU itu.

Kiai Asep menjelaskan, jika ada santri yang terindikasi , maka langkah yang dilakukan adalah memberikan suplemen kesehatan probiotik hasil olahan dalam negeri. Ia menyebut sebuah merk tertentu. “Tapi sebelum diminum harus dibacakan Bismillah, Fatihah, dan surat al-Ikhlas,” tutur Kiai Asep.

Nah, saat membaca itulah, kata Kiai Asep, harus disertai keyakinan, jika dengan al-Quran tak sembuh berarti memang tak bisa disembuhkan. Jadi keyakinan teologis dan spiritual itu harus ditekankan saat memberi pengobatan.

Menurut Kiai Asep, tak ada penyakit yang tak bisa diobati. “Karena Allah menurunkan penyakit selalu disertai obatnya, kecuali orang tua agar bisa muda lagi. Itu tak bisa,” kata Kiai Asep mengutip Hadits Rasulullah SAW.

Dalam acara salat malam dan istighatsah serta doa bersama itu Kiai Asep minta para kiai memimpin doa secara bergantian. Mereka antara lain: Prof. Dr. Ridwan Nasir (Ketua Yayasan Khadijah dan mantan Rektor IAIN Sunan Ampel Surabaya), KH Ahyar (Surabaya), KH. Jamaluddin (Ketua PCNU Probolinggo), KH. Muhammad Roziqi (Ketua Baznas dan DMI Jatim), Habib Salim Quraisy (Probolinggo), KH. Abdusshomad Buchori (mantan ketua MUI Jatim), Gus Zuhri (Ketua Komisi Fatwa MUI dan pengasuh pondok pesantren Tahfidz Mojokerto ), Gus Atok (pengasuh pesantren di Gresik) dan banyak lagi kiai lainnya. (mma)

Lihat juga video 'Detik-Detik Warga Desa Lokki Maluku Nekat Rebut Peti Jenazah Covid-19':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO