Nasib Petani Jagung di Tarokan Saat Musim Kemarau: BBM Mahal, LPG Langka

Nasib Petani Jagung di Tarokan Saat Musim Kemarau: BBM Mahal, LPG Langka Paeran Al Sugeng Ariadi, Ketua Kelompok Tani Makmur Dusun Tegalsari, Desa Blimbing (kanan) dengan salah seorang petani saat memasang Tabung Gas Elpiji. (foto: MUJI HARJITA/ BANGSAONLINE)

KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Sedikitnya 150 hektare tanaman jagung di Desa Blimbing, Kecamatan Tarokan, Kabupaten Kediri, kini terancam layu karena butuh diairi. Persoalan muncul ketika harga BBM jenis premium atau pertalite untuk mengisi bahan bakar disel penyedot air tak terjangkau.

Untuk menghemat biaya, beberapa petani baralih ke gas elpiji 3 kg untuk pengganti BMM. Ketika petani beralih menggunakan gas elpiji 3 kg, giliran gas tabung melon itu yang langka. Petani pun dibikin kelimpungan mengatasi persoalan air ini.

Hal ini diungkapkan Paeran Al Sugeng Ariadi, Ketua Kelompok Tani Makmur Dusun Tegalsari, Desa Blimbing, Kecamatan Tarokan ketika ditemui di ladang jagung miliknya. Ia menjelaskan, untuk mengairi sawah seluas 125 ru, dalam 1 hari memerlukan 8-10 liter premium. Karena dirasa harga premium, lanjut Paeran, banyak petani yang beralih menggunalan gas elpiji.

"Kalau pakai gas elpiji, lahan seluas 125 ru hanya butuh 1,5 tabung gas elpiji 3 kg. Jadi bila menggunakan gas elpiji 3 kg, jatuhnya lebih murah. Tapi untuk menghidupkan mesin diesel tetap menggunakan bensin. Setelah air keluar, selang bensinnya ditutup diganti gas elpiji," kata Paeran, Rabu (16/9).

Menurut Paeran, seiring dengan banyaknya petani yang menggunakan gas elpiji ini, keberadaan gas elpiji 3 kg jadi langka di pasaran. Kelangkaan gas elpiji 3 kg ini terjadi sejak satu bulan terakhir, sehingga petani sangat kesulitan.

"Pada musim kemarau ini sekitar 150 hektare lahan di Desa Blimbing harus menggunakan diesel untuk pengairan. Gas elpiji sangat membantu petani karena harga lebih murah. Tapi sayang gas elpiji jadi langka," tambah Paeran.

Hal senada juga disampaikan Prayudiono, Ketua Kelompok Tani Hidup Makmur Dusun Bulak, Desa Blimbing. Menurutnya, sulitnya air pengairan di dusunnya tidak hanya terjadi pada musim kemarau saja, tapi juga terjadi pada musim hujan.

"Meski pada musim hujan banyak air, tapi untuk pengairan di sawah juga sulit, sehingga perlu normalisasi saluran agar bisa mengairi sawah," ujar Prayudiono. (uji/dur)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO