GRESIK, BANGSAONLINE.com - Ketua DPRD Kabupaten Jepara, Imam Zusdi Ghozali meninggal dunia pada hari Sabtu, 1 Agustus 2020. Almarhum meninggal di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta, dan dinyatakan positif terjangkit Covid-19.
Sebelum meninggal, Ketua DPRD Kabupaten Jepara bersama anak buahnya sempat melakukan kunjungan kerja (Kunker) ke DPRD Gresik, Jawa Timur, untuk membahas soal penanganan Covid-19.
BACA JUGA:
- Dispendik Gresik Keluarkan Edaran Infaq ke Siswa untuk Bantu Korban Gempa, Begini Kata Ketua Dewan
- 4 Nama Caleg Terpilih dari PKB, Gerindra, PDIP, dan Golkar Berpeluang Jabat Pimpinan DPRD Gresik
- Kerusakan Jalan Banjarsari-Kedanyang Akhirnya Diperbaiki
- Jembatan Tenggor Mandek, Anggota DPRD Gresik: Kadis PU Jangan Mau Didikte Kontraktor, Harus Tegas
Setelah pulang dari Kunker di DPRD Gresik, Politikus dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang masih berusia 49 tahun ini mengeluhkan sakit.
Dia langsung dilakukan perawatan di RSUD Sunan Kalijaga, Demak, Jawa Tengah, sebelum dirujuk ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta, kemudian meninggal dunia.
Kabag Humas dan Protokol Sekretariat Dewan (Setwan) Gresik membenarkan, kalau Ketua DPRD Kabupaten Jepara Imam Zusdi Ghozali sempat melakukan kunker di DPRD Gresik sebelum meninggal.
"Iya benar. Almarhum Ketua DPRD Jepara sebelum meninggal kunker di DPRD Gresik," ujar Hari Syawaludin kepada BANGSAONLINE.com, Senin (3/8) pagi.
Menurut Hari, saat kunker Ketua DPRD Jepara bersama rombongan diterima oleh Anggota Komisi IV yang membidangi penanganan Covid-19 di ruang Paripurna DPRD Gresik.
Ketika itu, lanjut Hari, kunker dilakukan pada hari Senin (27/7) pagi. Rombongan diterima Anggota Komisi IV DPRD Gresik Noto Utomo (Fraksi PDIP) dan Dawam (Fraksi Gerindra). "Yang pasti bukan pimpinan DPRD yang menerima," terang mantan Kabag Humas dan Protokol Pemkab Gresik ini.
Hari menegaskan, protokol kesehatan tetap dijaga saat DPRD Gresik menerima kunker Ketua DPRD Jepara.
"Sebelum rombongan Ketua DPRD Jepara diterima, cuci tangan pakai hand sanitizer, dan pemeriksaan suhu tubuh (thermo gun) dilakukan. Saat di-thermo gun suhu menunjukkan angka 36 derajat, makanya diizinkan masuk," katanya.
Kemudian, saat melakukan pertemuan, jaga jarak di ruang paripurna sesuai protokol kesehatan. Tak ada jabat tangan, dan tak ada prosesi tukar cinderamata.
Hari mengungkapkan, pertemuan waktu itu berlangsung singkat sekitar 10 menit. Sebab, saat itu ada demo.