Diserang Ulat Grayak, Puluhan Hektare Tanaman Jagung Terancam Gagal Panen

Diserang Ulat Grayak, Puluhan Hektare Tanaman Jagung Terancam Gagal Panen Yayuk Anisa, PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Kediri, saat mengecek keberadaan ulat grayak di daun tanaman jagung bersama petani. (foto: muji harjita)

KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Puluhan hektare tanaman jagung milik petani di Desa Paron, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri, terancam gagal panen. Ulat grayak telah menyerang tanaman jagung itu.

Awalnya hanya dua hektare tanaman jagung yang terserang, tapi bila tidak segera diatasi, ulat grayak bisa menyerang puluhan hektare tanaman jagung lainnya.

Yayuk Anisa, S.P., M.Agr., PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Kediri menjelaskan, ulat grayak merupakan salah satu hama yang akhir-akhir ini banyak menyerang tanaman jagung. Sebelumnya, ulat ini juga menyerang tanaman bawang merah.

Menurut Yayuk, serangan ulat ini sudah cukup parah. Sudah ada 2 hektare yang terserang, kemudian ada 5 hektare yang terancam.

Serangan ulat grayak ini memang cepat, terutama di pucuk-pucuk daun jagung. Apalagi didukung dengan cuaca yang anginnya cukup kencang, ulat bisa pindah dengan dibawa oleh angin.

"Setiap kelompok tani menanam jagung di lahan seluas 7 sampai 10 hektare," kata Yayuk, Senin (27/9).

Ditambahkan oleh Yayuk, Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Kediri telah melakukan gerakan pengendalian terhadap ulat grayak pada jagung ini.

Sebelumnya, lanjut Yayuk, beberapa hari yang lalu petani ada yang memberikan laporan bahwa tanaman jagung mulai ada serangan ulat grayak.

"Mendapat laporan itu, kami langsung melakukan tindakan mengecek ke lapangan dengan petugas pengamatan hama dan pengurus Kelompok tani. Kemudian dilakukan pemetaan berapa luas tanaman yang terserang. Setelah itu membuat laporan kepada pengamatan hama dan mantri tani yang kemudian ditindaklanjuti pengajuan bantuan obat untuk yang sudah terkena itu," terang Yayuk.

"Ulat ini menyerangnya pada malam hari, jadi ini dinamakan armyworm. Seperti tentara di malam hari, dia melakukan perusakan terhadap tanaman. Makanya gerakan penyemprotan dilakukan di waktu sore hari, karena ulat itu mulai keluar dari persembunyiannya," ujarnya.

"Jadi kalau misalkan kita melakukan penyemprotan pada siang hari, itu percuma karena pestisidanya itu sistemnya kontak. Jadi harus mengenai sasaran," pungkas Yayuk. (uji/dur)

Sumber: bangsaonline.com

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO