Tafsir Al-Kahfi 9-10: Grup WA

Tafsir Al-Kahfi 9-10: Grup WA Ilustrasi. foto: Hai Online

Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag*

9. Am hasibta anna ash-haaba alkahfi waalrraqiimi kaanuu min aayaatinaa ‘ajabaan

Apakah engkau mengira bahwa orang yang mendiami gua, dan (yang mempunyai) raqim itu, termasuk tanda-tanda (kebesaran) Kami yang menakjubkan?

10. Idz awaa alfityatu ilaa alkahfi faqaaluu rabbanaa aatinaa min ladunka rahmatan wahayyi/ lanaa min amrinaa rasyadaan

(Ingatlah) ketika pemuda-pemuda itu berlindung ke dalam gua lalu mereka berdoa, “Ya Tuhan kami. Berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah petunjuk yang lurus bagi kami dalam urusan kami.”


TAFSIR AKTUAL

Apakah ayat kaji ini, termasuk ayat berikutnya dengan bahasan ashabul kahfi ini bisa dijadikan dalil anjuran membuat group WhatsApp (WA)? Silakan, terserah pembaca memandang. Yang jelas, grup ashabul kahfi ini begitu solid dan berkomitmen. Makanya, jika membuat grup, maka hendaknya berisikan hal-hal yang bermanfaat bagi agama dan umat Islam pada umumnya. Tidak hanya berisikan program dan keinginan, melainkan bisa berwujud amal nyata.

Grup tersebut akan lebih bermanfaat jika berisikan ilmu pengetahuan, ulasan agama, informasi, dan lain-lain yang berguna. Ciri umat beriman adalah meninggalkan yang tidak ada manfaatnya. Janganlah grup itu hanya ajang ngerumpi, apalagi menghujat, bicaranya jadi mubazir, dan tidak bermakna. Kadang sekadar ngopi, iseng, makan duren, dan sebangsanya diunggah gaya-gayaan. Apa manfaatnya?

Ketiga, ayat kaji ini mengajarkan kita harus hijrah, keluar dari rumah tinggal, desa, atau negara jika kita sangat tertindas dan membahayakan nyawa. Sama dengan Rasulullah SAW dan para sahabat yang hijrah ke Madinah demi keamanan. Menyendiri, ke gunung, masuk goa, diuber-uber adalah lelaku para utusan. Di sini timbul masalah, apakah lari itu satu-satunya cara?

Ternyata tidak. Jika ujian, gangguan, penindasan, penjahatan tidak membahayakan nyawa secara nyata, masih bisa disikapi dengan kebijakan dan kesabaran, masih ada harapan keadaan bisa membaik, maka tetap tinggal di daerah "fitnah" tersebut lebih baik. Meskipun hanya diam, tapi diam dan berada di situ adalah kiprah dakwah tersendiri. Tuhan lebih menyukai orang beriman yang sabar menghadapi fitnah agama dibanding yang lari menjauh.

Kuat sekali isyarat ayat ini, bahwa di suatu waktu akan ada kondisi yang amat payah bagi umat beriman. Entah apa wujudnya, bisa penindasan penguasa, bisa merajalelanya kemaksiatan secara terbuka, bisa juga kondisi, di mana kita susah sekali mencari rezeki yang halal. Hadis soal solusi, apakah uzlah (mengasingkan diri) atau sukna (tetap di rumah) cukup banyak dan berkualitas shahih. Al-Imam al-Qurthby menawarkan gambaran begini:

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO