Tafsir Al-Isra' 71: Di Akhirat Dipilah, Grup Jokowi dan Grup Prabowo?

Tafsir Al-Isra Ilustrasi. foto: RIAU1

Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag*

71. Yawma nad’uu kulla unaasin bi-imaamihim faman uutiya kitaabahu biyamiinihi faulaa-ika yaqrauuna kitaabahum walaa yuzhlamuuna fatiilaan.

(Ingatlah), pada hari (ketika) Kami panggil setiap umat dengan pemimpinnya; dan barang siapa diberikan catatan amalnya di tangan kanannya mereka akan membaca catatannya (dengan baik), dan mereka tidak akan dirugikan sedikit pun.


TAFSIR AKTUAL

Setelah Allah SWT membicarakan keunggulan manusia dengan beberapa servis yang diberikan di dunia, kini membicarakan suasana akhirat, di mana setiap manusia pasti dimintai pertanggungjawaban. Masing-masing diberi buku catatan amal super komplet, tak ada sekecil apapun perbuatan manusia yang tak tercatat.

Ada yang menerima buku itu dengan tangan kiri, ada yang menerimanya dengan posisi membalik punggung dan ada yang menerima dengan tangan kanan. Mereka bisa membaca buku itu secara sempurna. Meski buku itu tertulis dengan bahasa arab -menurut riwayat-, tapi semua orang bisa membacanya, mengerti dan memahami, meski tatkala di dunia sama sekali tidak mengenal bahasa arab. Hal demikian murni atas perkenan Tuhan dan tak ada yang mustahil bagi Tuhan Allah SWT.

Ayat kaji ini memakai kata "imam" (bi-imaamihim), apa maksudnya? Di isnilah mufassirun beda pandangan:

Pertama, kebanyakan mufassirin memaknai dengan "kitab" atau buku catatan amal. Hal itu dikuatkan dengan beberapa ayat, antara lain: "wa tara kull ummah jatsiyah, kull ummah tud'a ila kitabiha" (al-Jatsiyah:28). Kata "tud'a ila kitabiha" menunjuk, bahwa manusia kelak dipanggil untuk diberikan buku catatan amal masing-masing.

Kedua, sama dengan yang di atas, tapi beda tafsir soal penegertian kitab. Di sini, kitab adalah kitab suci masing-masing umat. Bagi umat yang diberi kitab panduan al-Taurah seperti Bani israil, maka kelak akan dihakimi di pengadilan akhirat dengan rujukan kitab al-Taurah. Kitab al-Taurah dibacakan dan dijadikan referensi penghakiman. Begitu pula umat yang dituruni kitab al-Injil, al-Zabur, dan umat yang menggunakan Shuhuf. Tak ketinggalan umat nabi Muhammad SAW, akan diadili dengan referensi al-Qur'an, siapa pun dia, mukmin atau nonmukmin.

Ketiga, khusus ahli al-qur'an, para penghafal al-qur'an, pembaca, pengabdi dan pengamal al-qur'an, secara mukhlis kelak akan dipanggil bersama al-qur'an. Al-Qur'an itu akan hadir mendampingi mereka, lalu memberi syafa'at di hari kiamat.

Keempat, kata imam dimaknai sebagai mana lazimnya, yaitu "pemimpin". Artinya, masing-masing umat manusia akan dipanggil secara rombongan atau satu per satu, dan diadili dengan menghadirkan pemimpin masing-masing. Imam, bisa diartikan sebagai pemimin besar, seperti para Nabi dan Rasul, termasuk Syetan dan Iblis.

Jadi, kira-kira kelak akan ada woro-woro begini: Wahai para pengikut Ibrahim, silakan ngumpul di sini! Wahai pengikut Isa anak Maryam, silakan ngumpul di sini. Wahai pengikut Muhammad SAW, kalian ngumpul di sini. Ada juga, wahai pengikut Iblis, kalian di sini dan seterusnya.

Terkait pemilu, apa di akhirat nanti ada pemilahan antara grup pendukung Jokowi dan pendukung Prabowo? Allah a'lam. Yang jelas, masing-masing pemilih pasti dimintai pertanggungjawaban atas pilihannya sendiri.

Datang ke TPS dan memilih adalah kewajiban. Itulah kewajiban kita dalam Nashb al-imam, mendirikan negara dan mengangkat pemimpin yang sah. Sedangkan tentang siapa yang dipilih adalah hak kita masing-masing.

*Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag adalah Mufassir, Pengasuh Rubrik Tafsir Alquran Aktual HARIAN BANGSA, dan Pengasuh Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an (MQ), Tebuireng, Jombang.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO