Tafsir Al-Isra' 71: Di Akhirat Dipilah, Grup Jokowi dan Grup Prabowo?

Tafsir Al-Isra Ilustrasi. foto: RIAU1

Pertama, kebanyakan mufassirin memaknai dengan "kitab" atau buku catatan amal. Hal itu dikuatkan dengan beberapa ayat, antara lain: "wa tara kull ummah jatsiyah, kull ummah tud'a ila kitabiha" (al-Jatsiyah:28). Kata "tud'a ila kitabiha" menunjuk, bahwa manusia kelak dipanggil untuk diberikan buku catatan amal masing-masing.

Kedua, sama dengan yang di atas, tapi beda tafsir soal penegertian kitab. Di sini, kitab adalah kitab suci masing-masing umat. Bagi umat yang diberi kitab panduan al-Taurah seperti Bani israil, maka kelak akan dihakimi di pengadilan akhirat dengan rujukan kitab al-Taurah. Kitab al-Taurah dibacakan dan dijadikan referensi penghakiman. Begitu pula umat yang dituruni kitab al-Injil, al-Zabur, dan umat yang menggunakan Shuhuf. Tak ketinggalan umat nabi Muhammad SAW, akan diadili dengan referensi al-Qur'an, siapa pun dia, mukmin atau nonmukmin.

Ketiga, khusus ahli al-qur'an, para penghafal al-qur'an, pembaca, pengabdi dan pengamal al-qur'an, secara mukhlis kelak akan dipanggil bersama al-qur'an. Al-Qur'an itu akan hadir mendampingi mereka, lalu memberi syafa'at di hari kiamat.

Keempat, kata imam dimaknai sebagai mana lazimnya, yaitu "pemimpin". Artinya, masing-masing umat manusia akan dipanggil secara rombongan atau satu per satu, dan diadili dengan menghadirkan pemimpin masing-masing. Imam, bisa diartikan sebagai pemimin besar, seperti para Nabi dan Rasul, termasuk Syetan dan Iblis.

Jadi, kira-kira kelak akan ada woro-woro begini: Wahai para pengikut Ibrahim, silakan ngumpul di sini! Wahai pengikut Isa anak Maryam, silakan ngumpul di sini. Wahai pengikut Muhammad SAW, kalian ngumpul di sini. Ada juga, wahai pengikut Iblis, kalian di sini dan seterusnya.

Terkait pemilu, apa di akhirat nanti ada pemilahan antara grup pendukung Jokowi dan pendukung Prabowo? Allah a'lam. Yang jelas, masing-masing pemilih pasti dimintai pertanggungjawaban atas pilihannya sendiri.

Datang ke TPS dan memilih adalah kewajiban. Itulah kewajiban kita dalam Nashb al-imam, mendirikan negara dan mengangkat pemimpin yang sah. Sedangkan tentang siapa yang dipilih adalah hak kita masing-masing.

*Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag adalah Mufassir, Pengasuh Rubrik Tafsir Alquran Aktual HARIAN BANGSA, dan Pengasuh Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an (MQ), Tebuireng, Jombang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO