Di Afrika Selatan, Risma Bicara Pembangunan Kota Surabaya Berbasis Ekologi

Di Afrika Selatan, Risma Bicara Pembangunan Kota Surabaya Berbasis Ekologi Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menjadi pembicara di salah satu forum yang digelar oleh United Cities and Local Government (UCLG) World di Durban Afrika Selatan, Rabu (14/11/2019).

“Jadi kalau urban farming warga bisa menanam secara organik. Baik sayur-sayuran ataupun buah dan dapat dikomersilkan. Ini adalah cara Surabaya beradaptasi dalam perubahan iklim dan mengurangi dampak bencana,” jelasnya.

Tak hanya itu, di wilayah pesisir timur, juga melestarikan 2,871 hektare hutan Mangrove. Bagi Wali Kota Risma, hutan ini selain sebagai tempat wisata, juga bermanfaat untuk pengelolaan lingkungan dan melindungi kota dari kemungkinan bencana alam.

“Karena tujuan ekowisata di Surabaya tidak hanya menawarkan pemandangan indah, tetapi juga udara bersih dan segar. Dampaknya adalah bahwa penduduk lokal mendapatkan kehidupan yang lebih baik,” kata Presiden UCLG Aspac ini.

Di hadapan dua ribu audience dari berbagai kota di dunia itu, wali kota perempuan pertama di Kota Surabaya ini juga memaparkan penerapan sistem e-government. Di mana sistem tersebut telah melayani semua pelayanan publik berbasis online. Menurutnya, cara ini dinilai lebih efektif dan dapat mengurangi biaya operasional cukup besar. “Sistem ini mampu menghemat biaya operasional sebesar USD 29 ribu,” katanya.

Selain itu, manfaat lain dari penerapan sistem e-government adalah masyarakat tidak perlu sering datang ke kantor pelayanan untuk mendapatkan apa yang mereka butuhkan. Mereka dapat mengakses semua secara online melalui e-government. Mulai dari perizinan, pendaftaran ke rumah sakit dan klinik, mengajukan dokumen kewarganegaraan, hingga layanan transportasi umum. “Bahkan memantau pengangkutan sampah untuk mengontrol mobilitas dan konsumsi bahan bakar pun bisa diakses,” paparnya.

Dari semua itu, upaya yang dilakukan pemkot bersama warga Kota Surabaya akhirnya membuahkan hasil. Mulai dari penurunan area banjir dari yang semula 50 persen menjadi 2 persen. Penurunan volume sampah yang menuju ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan indeks kualitas udara yang lebih baik.

Hasil lain yang didapat adalah indeks harga properti di Surabaya juga mengalami kenaikan. Bahkan, Wali Kota Risma menyebut, saat ini harga properti di Surabaya tertinggi dibandingkan kota besar lainnya. Terlebih, daya beli masyarakat kelas ekonomi juga mengalami peningkatan. Dari 13 persen tahun 2010, menjadi lebih dari 47 persen pada 2017.

“Kemudian meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan dari 15 Juta orang pada 2015 menjadi lebih dari 27 Juta orang pada 2018,” pungkasnya. (ian/rev) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO