Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag*
70. Walaqad karramnaa banii aadama wahamalnaahum fii albarri waalbahri warazaqnaahum mina alththhayyibaati wafadhdhalnaahum ‘alaa katsiirin mimman khalaqnaa tafdhiilaan.
BACA JUGA:
- Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Momen Nabi Musa Berkata Lembut dan Keras kepada Fir'aun
- Tafsir Al-Anbiya 48-50: Fir'aun Ngaku Tuhan, Tapi Tak Mampu Melawan Ajalnya Sendiri
- Tafsir Al-Anbiya' 41-43: Arnoud Van Doorn, Petinggi Partai Anti-Islam yang Justru Mualaf
- Nabi-Nabi Sebelum Nabi Muhammad juga Dihina dan Disakiti
Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.
TAFSIR AKTUAL
Masih mengaji ayat "Walaqad karramnaa banii Adam" (70), di mana Tuhan mencipta manusia dilengkapi dengan berbagai kelebihan dan penghormatan. Tak ada yang menyangkal, bahwa kemuliaan manusia ada pada akal sehatnya, di samping sebagai makhluq yang diamanati agama.
Persoalan menjadi seru setelah dihadapakan dengan pujian Tuhan terhadap para Malaikat sebagai hamba-Nya yang paling dekat dengan-Nya, "wa la al-mala'ikah al-muqarrabun" (al-Nisa':172). Apakah ayat ini sebagai kekecualian dari tesis pada al-Isra' 70 di atas, sehingga keunggulan manusia tidak bisa mengalahkan martabat Malaikat muqarrabun?
Jawabannya, "Tidak Juga". Sebab, bisa jadi, di sisi lain unggul manusia, tapi di sisi lain unggul malaikat. Sama seperti ketika manusia diadu dengan hewan, gajah misalnya. Juga melawan Jin, mana yang lebih unggul.
Dengan tangan kosong, pasti kuat gajah ketimbang manusia. Tapi ketika manusia menggunakan akal dan teknologinya, dengan menciptakan alat berat dan senjata penghancur, maka gajah tak ada apa-apanya di hadapan manusia. Begitu halnya melawan Jin, manusia kosongan bisa dipermainkan oleh Jin. Tapi ketika manusia menggunakan powernya, spiritualnya, ketaqwaannya, hizibnya, maka Jin tak ada apa-apanya melawan mansuia.