SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Konflik yang terjadi di Papua belakangan ini membuat prihatin banyak pihak. Terlebih ada nuansa rasisme dalam peristiwa di asrama mahasiswa Papua di Surabaya. Peristiwa di Jatim itu berbuntut demo besar dan tuntutan merdeka dari massa aksi di sejumlah daerah di Papua dan Papua Barat.
Terkait hal itu, pengamat politik dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Airlangga Pribadi Kusman menilai, masalah Papua tidak bisa diselesaikan dengan instan tapi membutuhkan penanganan yang komprehensif.
BACA JUGA:
- Aura Kekuasaan Jokowi Meredup, Ini Dua Indikatornya
- Tanda-Tanda Kiamat: Cuek, Tak Punya Malu, Orang Tak Pantas Ditokohkan tapi Ditokohkan
- Pemerintah Perpanjang Kontrak hingga 2061, Menteri ESDM: Cadangan Freeport Bisa Sampai 100 Tahun
- Selain Lagu Nasional, Inilah 10 Track yang Cocok Meriahkan HUT ke-78 Kemerdekaan RI
Menurut akademisi yang akrab disapa Angga itu, menyelesaikan konflik di Papua tidak hanya melibatkan unsur-unsur pemerintah, tapi juga seluruh masyarakat Indonesia.
Hal itu dikatakan doktor ilmu politik lulusan Murdoch University itu kepada wartawan usai Diskusi publik "Merawat Kebhinnekaan, Tangkal Ekstrimisme dengan Memperkuat Kesadaran ber-Pancasila" di kampus B Unair, Surabaya, Rabu (21/8).
Menurut Angga, untuk memecahkah persoalan Papua, yang paling penting adalah pemahaman tentang masyarakat Papua. Baik dari sisi sosial, budaya, maupun politik.
“Mereka adalah bagian dari masyarakat Indonesia yang harus diperlakukan sebagaimana sesama anak bangsa, sebagai warga negara yang harus dihormati, yang memiliki hak-hak sipil dan politik dan menjadi bagian dalam naungan NKRI,” kata dia.