Tafsir Al-Isra' 31: Kemiskinan Berpotensi Membunuh Anak

Tafsir Al-Isra Ilustrasi.

Oleh: Dr. KH A Musta'in Syafi'ie M.Ag

31. Walaa taqtuluu awlaadakum khasyyata imlaaqin nahnu narzuquhum wa-iyyaakum inna qatlahum kaana khith-an kabiiraan.

Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu. Membunuh mereka itu sungguh suatu dosa yang besar.

TAFSIR AKTUAL:

Ayat senada sudah pernah kita kaji sebelumnya, yaitu pada al-An’am: 151. Sama-sama membahas larangan membunuh anak (Walaa taqtuluu awlaadakum), hanya saja redaksinya mirip tapi tak sama. Dari beda redaksi itu pasti ada efek makna yang signifikan.

Pada ayat kaji ini digunakan kata “khasyyata imlaaq” yang disambung dengan kalimat “nahnu narzuquhum wa-iyyaakum”, sedangkan pada al-An’am digunakan kata “min imlaq” yang disambung dengan kata “nahnu narzuqukum wa-iyyahum”.

Dalam studi tafsir, ayat-ayat yang redaksinya bermiripan, serupa tapi tidak sama ini disebut al-mukhtalifat. Terhadap penggantian kata “min” (al-An’am) menjadi “khasyyah” (al-Isra’) disebut al-mukhtalifat fi al-tabdil. Sedangkan posisi dlamir hum (ghaib) dan kum (khitab) yang dibolak-balik disebut al-mukhtalifat fi al-taqdim wa al-ta’khir. Kenapa demikian?.

Hal itu terkait dengan kondisi yang melatar belakangi pesan ayat, di samping sya’n al-nuzul memotret psikologi mukhatab yang tidak sama. Jelasnya, ikuti paparan berikut:

Bahwa tradisi jahiliah dulu menyukai anak laki-laki dan tidak segan-segan mengubur hidup-hidup anak perempuan. Alasan tertinggi karena anak perempuan, selain menambah beban ekonomi, juga tidak menguntungkan keluarga dalam berbagai hal. Untuk itu, dibunuh sejak kecil.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO