GP Ansor: Yang Waras Jangan Mengalah

GP Ansor: Yang Waras Jangan Mengalah Majelis Dzikir dan Salawat yang dilaksanakan PAC GP Ansor Kecamatan Genteng di masjid An Nuur, Kalisari. foto: DIDI ROSADI/ BANGSAONLINE

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Pepatah yang menyebut agar yang waras mengalah sudah sudah tidak relevan lagi. Justru saat ini yang waras harus melawan. Karena bila yang waras mengalah, maka yang tidak waras akan berkuasa.

Pernyataan itu disampaikan oleh Ketua Rijalul PC GP Kota Surabaya, Muhammad Mundir. Menurut Mundir, ini saatnya nahdliyin bangkit dan mengusai segala lini kehidupan.

"Nahdliyin harus bangkit, para Pemuda juga harus eksis. Tidak hanya sebagai guru agama tapi juga sebagai politisi, pengusaha, dan semua lini. Karena NU mayoritas, jadi harusnya mewarnai kehidupan bernegara dan bermasyarakat," tutur Mundir, Jumat (22/2) malam.

Aktivis muda NU yang akrab disapa Gus Mundir ini menyontohkan, saat ini media sosial (medsos) dikuasai oleh mereka yang "tidak waras". Karena itu banyak informasi hoax yang berseliweran di medsos. Padahal saat ini media sosial sangat mendominasi dan menjadi sumber informasi masyarakat.

Karena itu, Mundir berharap warga NU, terutama generasi muda mulai mengusai media sosial. Sebab, dengan menguasai media sosial maka informasi yang keliru bisa diluruskan. Selain itu juga bisa menjadi sarana dakwah untuk menyebarkan ajaran Aswaja An Nahdliah.

"Saat ini medsos sudah menjadi informasi primer masyarakat. Lewat telepon genggam, masyarakat bisa mengakses informasi dengan cepat. Padahal tidak semua informasi itu positif, banyak yang bermuatan hoax. Karena itu, generasi muda NU harus menguasai medsos, agar bisa menyebarkan kebaikan dan menangkal kebatilan," imbuh Mundir.

Sementara itu, M. Sonhaji Ketua PAC GP Kecamatan Genteng mengungkapkan, majelis dzikir dan salawat Rijalul bisa menjadi upaya menangkal efek negatif media sosial. Terutama yang menyasar generasi muda.

Lewat majelis ini, pihaknya berharap generasi muda NU punya pondasi agama dan moral. Dengan begitu tidak mudah terpapar paham yang bertentangan dengan sesat dan radikal.

"Majelis dzikir dan salawat ini selain menghidupkan tradisi aswaja, juga menjadi benteng generasi muda NU dari paham-paham radikal dan sesat. Karena itu harus dilaksanakan secara berkala dari masjid ke masjid dari mushola ke mushola," pungkas Sonhaji. (mdr/rev)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'BERITA VIDEO: Tuntut Pilpres 2019 Ada Calon Independen, Inilah Sosok yang Diusung "Tikus Pithi"':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO