Oleh: Dr. KH A Musta'in Syafi'ie M.Ag
Al-Isra': 24
BACA JUGA:
- Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Momen Nabi Musa Berkata Lembut dan Keras kepada Fir'aun
- Tafsir Al-Anbiya 48-50: Fir'aun Ngaku Tuhan, Tapi Tak Mampu Melawan Ajalnya Sendiri
- Tafsir Al-Anbiya' 41-43: Arnoud Van Doorn, Petinggi Partai Anti-Islam yang Justru Mualaf
- Nabi-Nabi Sebelum Nabi Muhammad juga Dihina dan Disakiti
وَاخْفِضْلَهُمَاجَنَاحَالذُّلِّمِنَالرَّحْمَةِوَقُلْرَّبِّارْحَمْهُمَاكَمَارَبَّيٰنِيْصَغِيْرًاۗ
Waikhfidh lahumaa janaaha aldzdzulli mina alrrahmati waqul rabbi irhamhumaa kamaa rabbayaanii shaghiiraan
Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.”
TAFSIR AKTUAL:
"imma yablughann 'indak al-kibar ahaduhuma aw kilahuma". Dikaitkan antara berbakti kepada orang tua dengan usia lanjut. Ada apa? Ya, sebab pada umumnya, orang tua itu makin berusia, makin bermasalah. Mudah tersinggung, sering lupa, tapi ngotot dan maunya bener terus. Segala yang dikehendaki adalah mutlak tanpa mau ditawar.
Sedikit saja sabdanya kurang dipatuhi, sang anak sudah divonis sebagai anak membantah, melawan, dan sebagainya. Tapi tidak semua begitu. Nah, pada taraf usia lanjut yang sangat bawel dan pelupa itulah, Allah SWT meletakkan surga melekat pada dirinya. Surga diletakkan di bawah telapak kaki ibu. Baru saja makan, ngomong, katanya sejak tadi belum dikasih makan.