Tafsir Al-Isra' 23: Orang Tua, Lirkadoyo Pangeran Katon

Tafsir Al-Isra Ilustrasi.

Oleh: Dr. KH A Musta'in Syafi'ie M.Ag

Al-Isra': 23

23. Waqadaa rabbuka allaa ta’buduu illaa iyyaahu wabialwaalidayni ihsaanan immaa yablughanna ‘indaka alkibara ahaduhumaa aw kilaahumaa falaa taqul lahumaa uffin walaa tanharhumaa waqul lahumaa qawlan kariimaan

Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.

TAFSIR:

Setelah membicarakan orang-orang yang memburu dunia dan bakalan celaka dan orang-orang yang memburu akhirat dan bakalan bahagia, lalu menyambungnya dengan pemberian Tuhan kepada setiap titah, kini Allah SWT membicarakan derajat kedua orang tua yang mesti diagungkan setelah menyembah dan mengagungkan Tuhan.

Digunakan kata "qadla" yang artinya memutuskan, mewajibkan, memerintahkan sebagai pengantar pesan setelahnya. Hal itu menunjukkan bahwa pesan ayat ini sungguh sangat serius dan mutlak harus dikerjakan. Pesan pertama adalah jangan sampai menyembah kecuali selain Allah (allaa ta’buduu illaa iyyaahu). 

Jika seseorang menyembah selain Allah, maka orang itu tidak ada hubungan dengan Allah dan silakan berhubungan dengan yang disembah itu. Karena sifat Tuhan adalah memberi, maka dia tetap diberi, kemauannya bisa saja dikabulkan. Tapi itu semua hanya sebatas pemberian kecil, pemberian terbatas, pemberian sesaat, pemberian duniawi belaka, bukan pemberian abadi yang agung and unlimited seperti surga dan segala kenikmatannya. 

Bisa saja si kafir itu kaya raya, tapi tetap tidak bisa menikmati dunia sepenuhnya. Hanya yang dipakai, yang digunakan dan yang dimakan saja. Bisa saja dia sehat, senang, tapi ada batasnya, pasti jatuh sakit dan mati. Tidak ada orang yang bisa melawan ketuaannya sendiri, kerapuhannya sendiri, apapun usahanya. Sudahlah, menyerah saja, suka atau tidak anda akan dijemput kematian.

Kata "qadla" yang artinya keputusan, kepastian, itu menyiratkan makna alamiah yang pasti ada dan terjadi. Jika Tuhan mengatakan agar tidak menyembah selain Dia, maka itu artinya setiap orang pada dasarnya mengakui Allah SWT sebagai satu-satunya Tuhan. Sementara yang lain, yang disembah-sembah akan gugur dan diingkari sendiri secara otomatis. 

Itu pasti terjadi pada waktunya nanti, paling akhir saat dia sedang menghadapi kematian. Pasti muncul kesadaran bahwa hanya Allah SWT saja yang Tuhan. Tapi sudah terlambat dan tidak ada guna. Kurang apa kekufuran raja Fir'aun, tidak saja mengingkari, melainkan mengaku dirinya sebagai Tuhan kelas tertinggi, sementara Allah SWT ada di level bawahnya. 

Ya, silakan bercongkak-congkak. Begitu sadar tidak ada harapan untuk hidup lagi dan pasti akan mati tenggelam di lautan, baru dia mengakui bahwa Allah SWT sebagai Tuhan. Padahal sebelumnya direndahkan. Keimanan Fir'aun tidak diterima dan itu juga bukan pertobatan, melainkan keterpaksaan. 

"allaa ta’buduu illaa iyyaahu", dalam perspektif sufistik mengisyaratkan, bahwa semua ibadah dan kiprah orang beriman harus berorientasi Allah SWT saja. Sedikit saja ada orientasi selain Allah, maka tidak dianggap amal ibadah kepada-Nya, kosong tanpa pahala. Anda makan karena kebiasaan orang hidup harus makan, maka yang anda lakukan bukanlah ibadah, melainkan kebiasaan. Makan dan minum menjadi amal ibadah dan berpahala jika diniati ibadah, salah satunya adalah dengan baca basmalah lebih dahulu.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO