Listrik Lampu Sorot Lapangan Bola, Dihasilkan dari Gerak Pemain

Listrik Lampu Sorot Lapangan Bola, Dihasilkan dari Gerak Pemain

RIO DE JANEIRO (bangsaonline) - Ini mungkin hanya lapangan bola sederhana. Tapi lapangan bola di kawasan kumuh sekitar Rio de Janeiro ini adalah yang pertama di dunia, yang memiliki lampu sorot yang dihasilkan dari gerakan pemain.

Inovasi ini, diresmikan dengan kehadiran bintang sepak bola legendaris Pele. Teknologi baru itu disebut Pavegen, yang dapat memanen energi dari langkah kaki orang. Peresmian lapangan bola unik ini dilakukan hari Rabu(12/09) lalu di favela atau kewasan kumuh distrik Mineira, yang terletak di sekitar Rio de Janeiro.

Bintang besar Brasil, Pele mengatakan: "Seluruh dunia awalnya melihat Brasil melalui sepakbola. Saya berharap bahwa dengan adanya proyek-proyek seperti ini, dunia akan mulai melihat Brasil berpartisipasi dalam ilmu pengetahuan."

Sebanyak 200 ubin tahan cuaca di lapangan ini, 80 persennya terbuat dari bahan daur ulang yang dipasang di bawah lapangan, untuk menangkap energi kinetik pemain selama pertandingan berlangsung.

Pada malam hari, energi yang tersimpan itu menghasilkan 100 persen cahaya. Selama siang hari, 75 hingga 80 persen energi diperoleh dari panel surya yang dipasang di atas sebuah sekolah samba di samping lapangan.

Pedro Paulo Ferreira, ketua asosiasi warga setempat, sangat terkesan dengan proyek ini: "Kami mulai lebih percaya pada bantuan perusahaan swasta daripada negara, yang telah mengusulkan banyak proyek di sini tanpa pernah benar-benar melakukan apa-apa," katanya.

Bayarnya Mahal

Meskipun proyek ini telah membawa seberkas cahaya, tidak semuanya berjalan mulus. Pemain mengatakan, setiap tim harus membayar 20 Euro untuk satu jam bermain, sementara pada akhir pekan harganya meroket menjadi 70 Euro. Jumlah itu dianggap terlalu berat untuk masyarakat yang tinggal di daerah kumuh.

Warga telah menyetujui skema pemungutan suara publik mengenainya, tetapi sekarang ada keraguan. "Dari Senin sampai Jumat, lapangannya kosong," kata Bruno Olivera, seorang pekerja rumah sakit berusia 25 tahun. "Sekarang, kami harus bermain di luar komunitas kami karena kami tak bisa membayar. Orang yang bermain di sini berasal dari tempat lain."

Pimpinan dan pendiri Pavegen Lawrence Kembell-Cook mengakui adanya masalah itu."Kami masih mengembangkan teknologi ini agar bisa menurunkan biaya."

Sumber: dw.de

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO